Mohon tunggu...
Fanana Firdaus Salsabilah
Fanana Firdaus Salsabilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa yang sedang belajar menulis dengan baik

Mahasiswa Imu Ekonomi Syariah

Selanjutnya

Tutup

Money

Mana yang Lebih Berpotensi Wisata Halal Via Online atau Offline di Tengah Pandemi?

17 Maret 2022   15:40 Diperbarui: 17 Maret 2022   15:42 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini industri halal di Indonesia telah berkembang pesat, industri halal tidak lagi menjadi pelengkap kemajuan pada perekonomian suatu bangsa. Namun, menjadi salah satu bagian penting dalam pembangunan perekonomian. Lebih detail disebutkan di dalam State of the Global Islamic Economy Report 2019/2020 menunjukkan kontribusi umat islam terhadap Halal Life Style di dunia sebesar USC 2.2 triliun pada tahun 1028. Sedangkan sektor keuangan islam mencapai USD 2.5 triliun, salah satunya dilihat pada sektor bisnis travel dan pariwisata yakni mencapai sebesar USD 189 miliar. Bahkan sektor akan diramalkan meningkat mencapai USD 274 miliar pada tahun 2024. 

Salah satu faktor kunci pertumbuhan ekonomi Islam (halal) adalah meningkatnya populasi penduduk Muslim di dunia, di mana pada tahun 2018 jumlah penduduk Muslim mencapai 1.8 miliar. Jumlah itu diprediksi akan naik pada tahun 2030 hingga mencapai 2,2 miliar umat Islam. Dengan begitu secara otomatis akan meningkatkan permintaan produk barang dan jasa halal. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, menyebutkan bahwa populasi penduduk Islam di Indonesia mencapai 207 juta jiwa atau 87% dari jumlah penduduk di Indonesia.

Indonesia diberkahi dengan berbagai macam keindahan destinasi membuat posisi sektor pariwisata halal tersebut tidak mengherankan, Indonesia berkibar di posisi ke-1 bersama dengan Malaysia berdasarkan riset dan penilaian Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2019. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata melaporkan bahwa target kunjungan wisatawan Muslim (dalam kondisi normal tidak ada pandemi penyakit) mencapai 5 juta atau tumbuh 42 persen dari tahun sebelumnya (3,5 juta).

Upaya Indonesia untuk mencapai posisi terbaik dilakukan secara serius dengan membuat Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) yang mengacu pada standar GMTI. Laporan GMTI menganalisis berdasarkan 4 kriteria penilaian strategis, yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Maka IMTI juga mengadopsi hal serupa. Namun tanggal 11 Maret 2020 lalu, World Health Organization (WHO) telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Virus ini menyerang siapa saja tanpa kenal basa-basi, tidak peduli pejabat ataupun rakyat, konglomerat ataupun melarat, semua dibabat, tidak pandang bulu dalam proses hinggap.

Seisi dunia heran dan segala kebiasaan mengalami perubahan. Termasuk di Indonesia yang masih tergolong sebagai negara berkembang sangat tidak mudah untuk menghadapi masifnya penyerangan virus ini. Hal ini terlihat dari data yang dikumpulkan oleh gugus COVID-19 Indonesia yang setiap waktu bukan mengalami penurunan namun optimis mengalami kenaikan. Tidak berlama-lama terpuruk dengan keadaan yang semakin memburuk, saatnya untuk bangkit dengan menerapkan tatanan hidup baru yang disebut new normal.

Penerapan new normal ini adalah salah satu langkah yang dipilih pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk menjaga produktivitas masyarakat agar tetap tercipta. New normal merupakan tatanan kehidupan baru dimana akan terjadi perubahan perilaku dalam melanjutkan aktivitas kehidupan untuk berlangsung normal kembali dengan menerapkan protokol pencegahan penularan COVID-19.

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut Indonesia memiliki potensi wisata halal yang besar, serta akan dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dan pariwisata halal adalah sebuah hal yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di era new normal ini. Dimana sektor pariwisata halal bisa adaptif dengan menghadirkan bentuk baru dalam mengelola tempat wisata yang sebelumnya terpuruk akibat adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Yaitu yang pertama wisata halal berbentuk Offline yang bisa diterapkan karena adanya kelonggaran berupa menurunya angka Covid-19 yaitu dengan meningkatkan kualitas pada pelayanan dan terjaminya kehalalan dari perangkat pendukungnya. Seperti menyediakan kebutuhan prokes yaitu tempat karantina yang nyaman dan bersih, tersedianya masker, dan tempat mencuci tangan.

Terjaminya makanan dan minuman yang sudah tersetifikasi halal, mudahnya akses masjid di sekitar tempat wisata. Kemudian didukung dengan tempat yang bersih dari sampah yang berserahkan dan penerapan jaga jarak sekitar 1 meter. Dampak yang dirasakan dengan dibukanya sektor paiwisata lagi adalah Hotel yang mulai ramai engan pengunjung yang bukan sekedar sebagai penginapan juga tempat untuk karantina. mungkin para pelaku wisata bisa menerapkan paket wisata yang sudah dengan akodomasi baiaya hotel/penginapan agar memudahkan para pengunjung. 

Cara lain penerapan wisata halal adalah melalui Online atau virtual ini mulai digagas oleh platform Travalal meluncurkan Virtual Reality Tourism sebagai alternatif pariwisata tanpa mobilitas. Inisiatif ini dilakukan akibat kebijakan physical distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah di Indonesia yang berdampak pada berbagai sektor termasuk pariwisata. Pendiri dan CEO Travalal, Joyo Diharjo mengatakan anjuran untuk tetap di rumah banyak disosialiasikan oleh banyak pihak. Semua orang pun kemudian mengalihkan kegiatan bekerja dari rumah (work from home), demi memutus rantai penyebaran virus Covid-19 ini. Program virtual tour menggunakan teknologi video 360 dan live tour menggunakan aplikasi video conference. Travalal menyediakan berbagai macam pilihan destinasi wisata mancanegara maupun wisata nusantara.

Selain itu, travalal juga mencantumkan wisata religi yaitu virtual umroh. Ia berharap dengan virtual reality tourism ini, para pelaku industri pariwisata dapat memiliki potensi pekerjaan dan penghasilan baru sebagai penyelenggara wisata virtual. Dari registrasi hingga akhirnya mengikuti virtual tour prosesnya sangat mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun