Kemajuan teknologi saat ini memang tidak bisa dipungkiri, dengan majunya teknologi kita saat ini memang banyak mengundang pro dan kontra, salah satunya adalah bidang kemajuan informasi seperti internet. Memang ada sisi positifnya sahabat kita si internet ini, seperti komunikasi jarak jauh, informasi paling update serta hiburan baru yang jauh dari jangkauan kita seperti YouTube dan social networking.
Namun tidak bias dipungkiri kalau internet memang memiliki sisi kontra yang juga besar. Selain pornografi dan pembajakan ada juga dimana generasi saya sekarang ini menggunakan media internet untuk cyber bullying. Ya, generasi kakak-kakak saya dan orang tua saya sudah beda jauh sekali dengan generasi saya dan seterusnya, dimana kemajuan teknologi juga mempengaruhi kehidupan generasi muda saat ini.
Sudah pasti mayoritas dari anda banyak yang menggunakan social networking macam Facebook, MySpace, Friendster, dsb. Saya rasa wajar, soalnya kalau nggak punya rasanya nggak gaul banget! Ya nggak? Baik generasi tua maupun muda juga punya. Nah permasalahannya sekarang bagi anda orang tua yang anaknya memiliki social networking site: seringkah anda memantau perilaku dan perkembangan anak anda dirumah? Seberapa seringkah anda memantau page anak anda?
Kasus ini belum lama terjadi pada teman saya (Iya, teman kuliah saya anaknya 14 tahun). Pada suatu hari sang anak menghampiri ayahnya dan menangis tidak mau sekolah lagi. Rupanya si anak di gencet oleh teman-teman sekolahnya. Pas saya lihat rupanya mereka membuat Facebook group untuk orang-orang yang membenci dia ditambah foto-foto dengan caption tidak senonoh. Rupanya tidak sampai disitu juga, karena si anak disanding dengan monyet, ia seringkali dilempar kulit pisang oleh teman sekolahnya itu setiap makan siang.
Awalnya si ayah mengatakan kalau diamkan saja mereka, tapi rupanya tidak terlalu berpengaruh banyak. Si anak menerima depresi berat untuk anak seusianya, ia minder dan itu semua juga mempengaruhi nilai sekolahnya. Dan berhubung saya usianya nggak beda jauh sama dia, dia jadi lebih curhat ke saya. Dan akhirnya saya mengerti: ia dyslexic, dia tidak seperti mayoritas teman seusianya, tidak modis, tidak suka menjelek-jelekkan orang, dan orang seperti dia yang tidak gabung dengan mainstream anak gaul itu harus di gencet.
Saya rasa ada saatnya generasi sekarang untuk menerima perbedaan baik segi agama, ras, suku, gender, dsb. Si ayah akhirnya melapor, tapi apa daya karena yang ‘mayoritas’ berpura-pura tidak tahu, sekolah akhirnya men-dismissed kasusnya. Nah loh?!?
Saya sendiri sebenarnya masih bingung dengan tulisan ini, antara mengemukakan pendapat dan masih tanda tanya sendiri. Tapi bagaimana dengan anda semua? Apakah anak anda juga korban tren cyber-bullying? Atau apakah anak anda merupakan diantara sekian banyak anak yang melakukannya? Miris banget lihat generasi sekarang, janganlah kedepan makin jatuh, kita harus membangun moralitas dan toleransi…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H