Mohon tunggu...
Farhan Abdul Majiid
Farhan Abdul Majiid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Alumnus Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia | Alumnus SMA Pesantren Unggul Al Bayan | Penikmat Isu Ekonomi Politik Internasional, Lingkungan Hidup, dan Kajian Islam

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ada Apa dengan Indonesia?

30 November 2015   16:56 Diperbarui: 30 November 2015   18:08 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pancasila hanya dihafal, namun tidak dihayati. Mengapa Pancasila yang begitu dikagumi oleh negara lain kesulitan diaplikasikan oleh orang Indonesia? Karena Pancasila tidak dihayati, hanya sekadar dipajang di dinding kelas. Padahal jika kita mau menghayati nilai-nilai dalam Pancasila, bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang lebih berkarakter. Dapat terlihat dalam nilai-nilai Pancasila yakni ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan merupakan modal penting dalam kehidupan manusia.

Manusia yang tak bertuhan cenderung bertindak semaunya karena tak merasa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Tuhannya. Manusia yang tak berperikemanusiaan akan cenderung abai dengan kondisi sesamanya, tak heran mengapa kini empati dan simpati menjadi hal yang langka. Manusia yang tak memiliki rasa persatuan akan cenderung individualis dan egosentris, inilah yang terjadi mengapa masyarakat Indonesia masih mudah dipercik amarah hanya karena perbedaan yang tidak substantif. Pemimpin yang tidak memiliki rasa kerakyatan akan cenderung mengabaikan amanah rakyat. Sedangkan masyarakat yang jauh dari nilai-nilai keadilan, tidak akan tercipta masyarakat yang harmonis karena cenderung memaksakan kehendaknya tanpa mempertimbangkan kondisi sekitarnya.

Sudah jelas sebenarnya yang kurang dari masyarakat kita. Kurang rasa peduli dan empati. Padahal Rasulullah sudah berpesan jauh hari, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Bukan yang paling kaya, bukan yang paling berkuasa, bukan pula yang paling banyak like dalam Instagram. Tapi yang paling bermanfaat. Jika hidup manusia tidak bermanfaat seharusnya malu karena batu sekalipun dapat bermanfaat bagi manusia.

Seorang dosen sering mengutip perkataan Albert Einstein, jangan sekadar menjadi orang yang sukses tapi jadilah orang yang bernilai. Karena dengan menjadi orang yang bernilai, dia akan bertindak baik juga bermoral. Tidak menjadi bernilai orang yang kaya tanpa derma, juga tidak akan bernilai penguasa tanpa amanah yang terjaga.

Jadi, apa yang sebenarnya yang harus diperbaiki? Akhlak. Tanpa akhlak yang baik, manusia tidak akan menjadi baik. Akhlak yang baik menunjukkan pribadi seseorang di hadapan orang lain. Tanpa adanya akhlak yang baik, tidak akan terbentuk masyarakat madani yang sering dicita-citakan oleh kita.

Marilah kita tanggap dengan kondisi yang ada karena inilah tanggung jawab kita. Minimal kita mampu menghindari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Tentu lebih baik lagi jika kita bisa berbagi kebaikan dengan orang lain.

 

@famajiid

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun