اللهُ اَكبَرْ، اللهُ اَكْبَرْ، اَللهُ اَكْبَرْ،
لاَِلهَ اِلاَّ اللهُ،اَللهُ اَكْبَرْ،
اَللهُ اكْبَرُ، وَللهِ اَلْحَمْدُ
Takbir berkumandang di penjuru bumi
Puja-puji dilantun hanya untuk Tuhan penguasa semesta
Jutaan umat bersilaturahmi menyucikan diri
Manusia mengucap syukur atas bulan yang sempurna
Alhamdulillah, Allah berkenan memberikan kesempatan untuk bisa sampai pada hari yang menjadi penyempurna puasa di Bulan Ramadan yang mulia, Idul Fitri. Banyak sekali kegiatan bermanfaat yang dilaksanaman pada hari ini. Dimulai dengan salat id, kemudian bersilaturahmi, dan juga berbagi. Idul Fitri pada tahun 1435 Hijriah ini menyimpan banyak sekali makna. Namun, bila dilihat dari dinamika yang berkembang dapat disimpulkan Idul Fitri hari ini adalah sebagai momentum perdamaian.
Mengapa momentum perdamaian?
Selama ini banyak sekali peristiwa yang terjadi di masyarakat. Berbaai peristiwa tersebut menimbulkan berbagai reaksi dan dampak. Baik yang berdampak baik atau bahkan buruk. Jika dampak-dampak yang buruk dibiarkan, maka akan timbul perpecahan. Solusi terbaik? Tentu berdamai.
Dua bulan terakhir suasana rakyat Indonesia menghangat dengan adanya pemilihan presiden. Tentunya hal ini menguras perhatian yang cukup besar oleh seluruh rakyat Indonesia. Karena dari dua pasangan calon yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, hanya satu pasang yang menjadi pemimpin negeri ini lima tahun ke depan. Rakyat Indonesia selama dua bulan bagaikan terpecah menjadi dua kubu. Kubu pendukung nomor satu dan dua. Berbagai kampanye negatif yang mengungkap kekurangan lawan dan juga kampanye hitam yang berisi fitnah berkembang di tengah masyarakat. Hal ini tentu berefek luas di kalangan masyarakat. Namun, jangan sampai hal ini memecah belah bangsa. Seperti yang sudah sering diungkap, menang jangan jumawa, kalah jangan kecewa. Inilah sebuah proes pendewasaan demokrasi di Indonesia. Jangan khawatir dengan siapapun yang memimpin. Doakan kepada Allah agar menjadikan pemimpin Indonesia adil, jujur, dan amanah. Jangan lagi ada perpecahan. Maka, seluruhnya harus kembali bersatu dalam perdamaian.
Akhir-akhir ini juga terlihat gejala permusuhan antarumat beragama. Di berbagai tempat, oknum umat beragama mayoritas menyerang yang minoritas. Kaum minoritas pun menuntut haknya. Sebenarnya, hal ini tak perlu terjadi apabila kita menjalankan prinsip-prinsip toleransi dalam islam. Saling menghormati dan saling menghargai, namun bukan mencampuri. Maka, Insya Allah perdamaian akan tercipta.
Selain itu, peristiwa yang meyangkut perhatian seluruh manusia, tak hanya muslim begitu memprihatinkan. Tragedi kemanusiaan yang sangat ganas terjadi di negeri para nabi, Palestina. Tempat suci itu sudah sebulan terakhir digempur oleh berbagai serangan penjajah dari zionis Israel. Serangan itu telah menimbulkan ribuan korban jiwa dan luka. Hal ini tentu sangat melukai perasaan sebagai sesama manusia dan tentunya sesama muslim. Sebagai seorang manusia, tentu sudah menjadi kebutuhan untuk hidup dalam ketenangan. Namun yang terjadi di Palestina justru sebaliknya. Para penjajah Israel telah menyerang orang yang tak berdaya. Lansia, wanita, anak-anak, dan bahkan orang yang sedang terbaring di rumah sakit. Hal ini tentu tak bisa didiamkan begitu saja. Perlu komitmen kuat dari seluruh umat manusia di dunia untuk menghentikan tragedi kemanusiaan ini. Tak hanya di Palestina, tapi juga di Afrika Tengah, Suriah, Irak, Rohingnya, dan tempat lain. Semua manusia harus membantu untuk perdamaian. Semoga perjuangan mereka Allah balas dengan surga bersama para syuhada.
Perperangan juga rupanya telah merenggut banyak nyawa. Di Ukraina, pesawat Malaysia Airlines ditembak oleh gerakan separatis. Kejadian ini telah menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat. Peristiwa ini telah membuka perhatian dunia bahwa perdamaian harus segera terbentuk.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd. Idul Fitri 1435 H ini menjadi sebuah momen yang sangat baik. Terutama sebagai momentum pergerakan menuju perdamaian. Berdamailah dalam setiap keadaan. Berpikirlah dengan positif agar perasaan menjadi damai. Selalulah mengingat Allah agar hati tak gelisah. Maafkan segala kesalahan, karena Allah Maha Pemaaf. Teruslah berjuang agar tercipta perdamaian di muka bumi ini. Semoga Allah memberikan kedamaian dalam diri semua umat manusia. Tak lupa pula penulis meminta maaf jika selama ini ada kesalahan. Semoga Allah sampaikan kita di Ramadan berikutnya agar semakin banyak hikmah dan hidayah yang bisa diambil. Allahu Akbar!
@famajiid
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H