Di Indonesia banyak sekali terdapat tumbuhan eceng gondok atau enceng gondok (Eichhornia crassipes)adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung yang pertumbuhanya sangat sulit dikendalikan sehingga sebagian orang menganggapnya sebagai gulma air. Tumbuhan ini dianggap sebagai gulma karena dapat merusak lingkungan perairan, seperti menimbulkan pencemaran air dan menyebabkan danau dan sungai menjadi sulit untuk menerima sinar matahari dan berkurangnya kandungan oksigen dalam air. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi dan dapat menyebar melalui saluran air, yang membuatnya mudah untuk menimbulkan masalah di danau dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrim dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur, dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang pesat terutama disebabkan air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan Nitrogen, Fosfat, dan Potasium.
Eceng gondok merupakan tumbuhan makrofita yang termasuk dalam famillia Pontederiaceae. Tumbuhan ini umumnya dikenal sebagai tanaman gulma yang dapat merusak perairan dan menimbulkan masalah ekologis. Namun, dalam pembuatan kompos, tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku yang memiliki nilai ekonomis. Eceng gondok memiliki serat yang cukup besar, membuatnya sangat potensial sebagai material komposit.
Tumbuhan ini juga memiliki kandungan bahan organik dan unsur hara yang sangat tinggi, sehingga dapat dijadikan alternatif sumber pupuk organik.
Pembuatan pupuk kompos dari eceng gondok menggunakan EM4 dan molase atau tetes tebu dapat meningkatkan proses pengomposan. Dalam pembuatan kompos, eceng gondok dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menurunkan kandungan COD (Chemical Oxygen Demand), pH, bau, dan warna pada limbah cair tahu.
Bukan hanya itu saja, eceng gondok memiliki potensi ekonomis sebagai bahan baku komposit dan pupuk organik. UMKM dapat menggunakan eceng gondok sebagai bahan baku dalam pembuatan kompos, yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Dalam proses pembuatan kompos, umkm dapat menggunakan tumbuhan ini sebagai bahan baku utama, yang dapat meningkatkan kualitas kompos dan mengurangi biaya produksi. Selain itu, umkm dapat memanfaatkan serat eceng gondok sebagai bahan baku untuk membuat kerajinan, yang dapat dijual sebagai produk baru dan meningkatkan nilai ekonomis dari usaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H