Pada 1930-1940an banyak warga Palestina membantu dan melindungi warga Yahudi yang melarikan diri dari Holocaust. Namun setelah itu, hubungan  Israel dan Palestina memburuk, dan bertambah parah seusai Perang Dunia II
Tak dapat dipungkiri bila negara penjajah yang paling lama bercokol dan selalu mendapat perlawanan hingga saat ini adalah Israel. Meski Negara Zionis ini menguasai Palestina setelah memperoleh kemenangan bersama sekutu-sekutunya saat Perang Arab pada 1967. Toh kenyataannya, Israel telah merambah Palestina, nun jauh saat banyak etnis Yahudi mengalami Holocaust di masa silam.
Seperti bagaimanapun sejarah Israel terbentuk. Tetapi andai saat Holocaust merajalela, pintu rumah negara Palestina tak terbuka, entah bagaimana nasib mayoritas warga Yahudi tersebut. Kala itu, banyak warga Palestina yang membantu dan melindungi warga Yahudi yang melarikan diri dari Holocaust pada 1930-1940an.
Namun setelahnya, hubungan antara Israel dan Palestina memburuk, dan bertambah parah seusai Perang Dunia II. Intensnya gerakan Zionis yang ingin membentuk negara Yahudi membuat Israel kian semena-mena terhadap bangsa Palestina yang telah bersikap budiman dan dermawan.Â
Akibatnya, Palestina mengadakan banyak perlawanan, hingga melahirkan Hamas. Membuahkan dendam bom waktu yang meledak di 7 Oktober 2023. Membuat Israel melakukan serangan balik hingga menewaskan 44.786 warga Palestina (AFP, 11 Desember 2024.)
Flashback 7 Oktober
Sejak peristiwa 7 Oktober, dendam Israel seakan tak berkesudahan. Kecamuk kebencian, sakit hati, dan rasa malu berkelindan. Sebagai negara yang dianggap super power, tiba-tiba bobol pertahanannya hanya oleh kekuatan pasukan perlawanan yang dianggap ecek-ecek, sungguh merupakan aib.
Tetapi, mata dunia yang telah terbuka tak menimpakan kesalahan pada Hamas begitu saja. Sebab alasan munculnya gerakan perlawanan adalah diakibatkan penindasan oleh Israel itu sendiri.
Pemenjaraan terhadap warga Palestina yang berani sedikit bersuara atau melawan, bahkan tak tanggung-tanggung, terhadap anak-anak dan wanita juga. Keberanian  dalam melakukan protes atau perlawanan, baik  bentuk verbal atau fisik, jelas mengganggu keberlangsungan imperialisme. Entah telah berapa banyak warga Palestina yang berada dalam penjara negara Zionis.
Peristiwa 7 Oktober jelas menjatuhkan harga diri Israel di titik terendah. Negara super kuat dari segi apapun, tiba-tiba harus kebobolan oleh pejuang perlawanan yang dianggap primitif, baik dari segi intelijen, persenjataan, apalagi tekhnologi.
Akibat hal tersebut, bara Zionisme terbakar tanpa kendali. Bisa ditebak, berimbas pada serangan balasan yang dilakukan terhadap warga Palestina hingga diluar batas perikemanusiaan.