Tak sepenuhnya sekolah salah, sebab terkadang ada juga sebagian siswa, yang karena orangtua terlalu memanjakan, mengakibatkan anaknya  bersifat manja dan semaunya sendiri saat di sekoah.
Lalu apa yang harus dilakukan sekolah?Â
Sebetulnya tidak berbeda dengan anak-anak dari lingkungan broken home. Anak-anak yang terlalu dimanjakan orangtuanya mengalami kekosongan jiwa juga. Hanya saja mereka terlalu berlimpah hal positif dan baik, sehingga bosan dan menyia-nyiakanya.
Sekolah yang baik pastilah memiliki pendidik yang baik pula. Tentu saja akan membimbng siswa-siswa dengan kekosongan jiwa, menjadi pribadi mandiri dan tidak semaunya sendri, tentu saja dengan cara santun dan tidak otoriter. Sebab pendidik memahami, bahwa anak berlatar belakang dimanjakan, saat menghadapi masalah, justru akan lebih cepat patah dibanding anak-anak broken home. Sehingga diperlukan kesabaran dan ketelatenan ekstra dari para guru disekolah.
Ketika para orangtua telah memahami betapa berat tugas para guru di sekolah dalam memahami anak-anaknya, maka sudah pasti mereka juga akan membantu dari rumah, dengan mengarahkan anak-anaknya ke arah hal yang lebih positif.
Dengan adanya kerjasama yang baik, serta komunikasi intensif antara sekoah, siswa, dan juga orangtuanya. Maka dapat dipastikan tidak akan terjadi lagi razia pemaksaan potong rambut di sekolah. Guru bahagia, siswa bahagia, orangtua bahagia juga.
Salam sukses pendidikan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H