Akankah duet Anies-Imin mampu memikat banyak simpati publik atau justru membuat keinginan Intrikers politik menjegal Anies bakal terlaksana dengan mudah?
Perubahan duet Anis dengan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dinilai banyak kalangan simpatisan Anies, terutama kalangan milenial, sebagai hal yang sangat mengecewakan.
Bagaimana tidak, Cak Imin adalah sebuah sosok yang dinilai banyak pihak memiliki beberapa cacat politik. Diantaranya adalah upayanya merebut tampuk kepemimpinan PKB beberapa waktu silam, yang dianggap pengkhianatan terhadap Maha Gurunya sendiri, yakni Gus Dur yang memimpin partai tersebut.
Disusulnya santernya kabar indikasi korupsi sistem proteksi TKI yang terjadi pada Kemenakertrans di saat Cak Imin menjadi menterinya. Sedikit banyak tentu saja hal ini akan sangat mepengaruhi kepercayaan publik.
Upaya mengacak-acak koalisi perubahan
Setelah beberapa waktu lalu, koalisi perubahan hampir goyah saat digoncang kabar tak sedap korupsi yang dihembuskan pada sekjen Nasdem. Hingga yang terakhir menteri pertanian dari partai ini, yakni SyahrulYasin Lempo, yang kemudian kabarnya tak ada lagi.
Publik jelas melihat banyak upaya yang dilakukan oleh Sang Intriker politik untuk mengacak-acak partai pengusung Anies Baswedan sebagai bacapres.
Upaya memposisikan kader Nasdem dengan indikasi korupsi tak membuat koalisi perubahan terpecah, justru mereka menjadi solid.Â
Maka ditempuhlah cara kedua, yakni dengan cara mengiming -imingi AHY posisi cawapres. Namun sekali lagi, upaya tersebut gagal total, sebab Demokrat  tetap solid dengan koalisinya, tak tergoda silaunya jabatan politik yang pastinya diidamkan semua koalisi.
Upaya-upaya pembunuhan karakter yang tak membuahkan hasil, melahirkan sebuah intrik, dan justru ternyata secara mengejutkan langsung mengena pada sang nahkoda, Anies Baswedan. Sebab setelah adanya lobi yang terjadi pada Ketua Umum Surya Plaoh, secara tiba tiba berhembus kabar kencang, bahwa pasangan duet Anies adalah Cak Imin.
Tentu saja kabar ini sangat mengejutkan. Sebab selama sekian waktu, publik melihat koalisi perunahan sebagai kelompok yang solid. Salng mendukung satu sama lain, saling menguatkan, namun secara tiba tiba menerima  partai lain yang selama ini berkoalisi dengan pemerintah. Apalagi langsung memperoleh karpet merah sebagai cawapres, sungguh tak diduga dan tak disangka.