Memelihara hewan piaraan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan makan dan minum namun juga beragam kebutuhan lainnya sebab kebahagiaan hewan piaraan merupakan kebahagiaan pemiliknya juga
Bucing apaan tuh? Sekarang sedang musim istilah bucing yang merupakan kepanjangan dari budak kucing bagi penggemar kucing. Istilah bucing merujuk dari istilah anak muda zaman sekarang yang biasanya mabuk cinta dan disebut bucin (budak cinta)
Hingga kemudian istilah bucing berkembang menjadi bunjing (budak anjing) bagi penggemar aniing, bular (budak ular) dan lain sebagainya, merujuk pada hewan yang digemari.
Berbicara tentang hewan piaraan, biasanya banyak orang tidak pernah berpikir tentang untung rugi bila telah menyayangi hewan tertentu. Mungkin sikap ini bagi sebagian orang dianggap sebagai pemborosan, tapi itulah kenyataan di lapangan. Ketika telah menyayangi, maka tidak akan peduli berapa pun kocek yang akan tersedot untuk hewan piaraan.
Saya Bucing
Seperti saya yang bucing. Ada beberapa alasan yang membuat saya sangat menyayangi kucing, bahkan boleh disebut penggila kucing.
Saat saya kecil, orangtua saya sangat sibuk menjalankan bisnis. Sering ditinggal keluar kota atau pun keluar negeri bukan hal yang baru lagi. Akibatnya hari -hari hanya ditemani pembantu di rumah sudah menjadi rutinitas sehari-hari.
Mungkin bukan cerita besar bila pembantu yang menemani penyayang terhadap anak-anak serta menjaga anak majikan tanpa pamrih. Namun pembantu saya bukanlah tipe yang seperti itu, ia hanya akan bersikap manis bila ada orangtua saya di rumah, tetapi ketika mereka pergi untuk bisnis selama beberapa pekan, maka sikap pembantu saat ortu tak di rumah akan berubah seratus delapan puluh derajat.
Memang bukan siksaan fisik yang saya dapatkan, namun kekerasan verbal. Diantaranya adalah saat pemberian makan, saya hanya disediakan nasi putih dengan kelapa parut. Sementara beragam persediaan lauk di kulkas hanya dimakan sendiri oleh sang pembantu. Setiap hari ia memasak beragam lauk lezat, tapi hanya untuk dimakannya sendiri, atau kadang bersama kekasihnya yang notabene tukang kebun di rumah saya juga.
Nasi putih bertabur kelapa parut menjadi makanan kebangsaan yang setiap hari diantarkan ke kamar. Saya hanya diperbolehkan makan di kamar, tidak boleh menyentuh dapur. Meski masih ingusan, saya bisa menangkap alasannya, Sebab di dapur terdapat beragam lauk lezat yang hanya dikhususkan pembantu itu untuk memakannya.
Secara diam-diam, saya pernah beberapa kali menyelinap masuk dapur. Saya menjumpai meja makan penuh ayam panggang, daging goreng, sosis bakar, dan beragam masakan, yang tentu lebih menggoda selera ketimbang nasi dan kelapa parut yang disodorkan kepada saya setiap harinya.