Pemikiran bahwa politik tak abadi, dapat kian membuat solidaritas koalisi perubahan terpecah belah. Okeylah saat ini mereka bersekutu dalam kepentingan, namun ketika kepentingan itu tak ada lagi, maka bisa merubah kawan menjadi lawan.
Demikian juga dengan faktor penggoda iman berupa jabatan politik dari partai berseberangan. Meski telah bersekutu dalam mendukung bacapres yang disepakati, namun tetap saja dapat membuat salah satu partai pendukung "matre" akan kabur.
Jika kita mengamati dan memperhatikan secara cermat beragam kejadian yang menimpa koalisi perubahan beberapa waktu terakhir ini. Sudah pasti membuat kita mengerenyitkan dahi, tak bolehkah terjadi perbedaan pilihan di negeri ini?Â
Adanya dugaan korupsi untuk kedua kalinya terhadap para menteri Nasdem, akan menimbulkan indikasi bahwa ada yang tidak beres terhadap partai ini. Dengan demikian, publik akan kian ganas mendesak Surya Paloh menepati janji membubarkan partainya ketika terindikasi korupsi.
Akibatnya, masyarakat sibuk berandai-andai. Andai Surya Paloh jadi membubarkan partainya. Andai AHY jadi menyeberang ke PDI-P demi meraih impian menjadi bacawapres. Andai kaki-kaki partai pengusung koalisi perubahan telah patah sedemikian parah. Maka Anies tak bakal dicalonkan lagi.
Benarkah nasib Anies Baswedan sedemikian buruk? Lalu atas dasar apa ia tak disukai? Mengapa Surya Paloh dimusuhi hanya gara-gara mendukung Anies sebagai bacapres? Mengapa akhir-akhir ini menteri dari partai Nasdem yang paling gencar diciduk KPK?
Krik... krik... krik........ jangkrik pun bingung menjawabnya.
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H