Kita tidak bisa membayangkan, ketika semua orang tidak bersedia menjadikan pancasila sebagai patokan. Maka akan terjadi keinginan menang sendiri, dengan mengabaikan kepentingan yang lain. Masing-masing individu berdiri pada keyakinan dan kepentingannya sendiri, tentu negara akan kacau-balau.
Ketika timbul permasalahan, lalu setiap orang mengatasinya dengan berpatokan pada lepentingan agamanya sendiri, sukunya sendiri, rasnya sendiri, atau pun antar golongannya sendiri. Akibatnya, kepentingan bangsa dan negara akan terabaikan. Sehingga dapat dibayangkan betapa kacau-balaunya negara ini bila dipaksakan demikian.
Pancasila bukan sebuah agama, itulah yang menjadi alasan mengapa setiap warga negara berhak meyakini Tuhan dan kepercayaan, serta menjalankan agamanya. Tak ada yang berhak melarangnya. Dengan memeluk dan meyakini agamanya, maka hal tersebut adalah juga termasuk pancasilais. Demikan juga dengan hal-hal lainnya.
Terjadinya sikap primordialisme, cinta suku berlebihan dengan merendahkan dan menghina suku lain, tentu saja bertentangan dengan pancasila. Sudah jelas ketika kita melanggar agama, maka akan ada juga nilai-nilai pancasila yang dilanggar. Sebab pancasila itu sendiri adalah kristalisasi dari nilai luhur yang diambil dari keyakinan agama dari warga negaranya.
Dengan pemahaman pancasila tingkat tinggi seperti di atas, tentu saja akan membuat kita kian memahami, bahwa menerapkan dan mengajarkan pendidikan pancasila dalam semua tingkat kehidupan tidaklah sulit, asal konsisten dilakukan.
Saat seseorang telah terbiasa menaati norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta hukum. Maka sesungguhnya orang tersebut telah sukses dalam menjalankan pendidikan pancasila tingkat tinggi secara sempurna. Sehingga layak disebut pancasilais sejati.
Banding terbalik dengan orang yang terbiasa melanggar segala norma, tentu saja tak dapat disebut pancasilais sejati, karena jelas terlihat bahwa ia tak mampu menerapkan nilai-nilai luhur pancasila.
Jadi jelas, ketika pendidikan pancasila  hanya berupa membaca dan menghapal sila-sila saja, maka hal tersebut dikategorikan pendidikan tingkat rendah. Namun ketika sila-sila itu telah diwujudkan dalam keseharian, merupakan bukti nyata bahwa pendidikan pancasila telah sampai pada tahap tingkat tinggi, tidak hanya omdo (omong doang).
Cara Mendidik Pancasila di tengah gempuran ideologi negara lain
Tak perlu berbicara teori yang muluk-muluk tentang pancasila, juga tak harus berpidato menggebu gebu, atau pun hanya menghapal seluruh sila, butir-butirnya, atau juga aturan hukumnya, bila ternyata kacau-balau dalam pengamalannya.
Lalu bagaimana cara menerapkan pendidikan pancasila tingkat tinggi kepada generasi muda di tengah gempuran ideologi liar dari negara lain yang kadang menggerus nilai-nilai luhur bangsa kita?