Ketika mengajar tidak menjadi sebuah panggilan jiwa bagi seorang guru, maka saat tiba waktu mengajar, dia merasakan hal tersebut sebagai beban berat. Namun ketika mengajar telah mendarahdaging, maka akan menjadi sumber kebahagiaan bagi guru. Jangankan telah tiba jam mengajar, bahkan belum tiba waktunya pun, guru telah merindukan untuk segera masuk kelas. Sebab baginya kelas adalah tempat bercengkerama, berbagi ilmu, dan bahagia bersama siswa.
Kurang profesional
Guru yang kurang profesional tidak akan memiliki kesiapan mental secara penuh ketika masuk kelas, sehingga tidak memiliki perencanaan matang saat mengajar. Padahal perencanaan tidak melulu harus tertulis di atas kertas, namun bisa juga berupa ide dadakan.Â
Akibat tak ada perencanaan dan ide cemerlang membuat kelas menjadi stagnan, setiap pertemuan hanya mencatat, mencatat, dan mencatat. Siswa jenuh, guru juga jenuh, bingung tak tahu harus berbuat apa, akibatnya ogah-ogahan masuk kelas.
Guru profesional semangat masuk kelas
Â
Guru yang profesional selalu memiliki semangat tinggi untuk masuk kelas. Sebab dalam pemikirannya telah terprogram segala rencana tentang kegiatan pembelajaran menarik yang akan dilakukan bersama siswa.Â
Guru profesional memiliki banyak ide menarik, sehingga antusias menghadapi siswa. Menguasai materi pelajaran, siap secara psikologis dan pedagogis ketika siswa bertanya atau pun berdiskusi.
Keprofesionalan bisa jadi terasah karena jam terbang yang tinggi, namun hal ini tak sepenuhnya benar, sebab banyak juga guru yang profesional karena belajar dari pengalaman selama mengajar, meskipun jam terbangnya tidak terlalu tinggi.
Guru profesional sangat menarik saat mengajar, sehingga memilki daya magnet tersendiri bagi siswa. Siswa selalu merindukan guru dengan tipe seperti ini masuk ke kelasnya, sementara guru juga merindukan bertemu dengan siswa-siswanya yang antusias dan aktif.
Tapi hal ini tidak akan terjadi bila guru tidak profesional, tidak memiliki perencanaan matang saat mengajar. Perencanaan tidak melulu harus tertulis di atas kertas, namun bisa juga berupa ide dadakan. Akibat tak ada perencanaan dan ide cemerlang membuat kelas menjadi stagnan, setiap pertemuan hanya mencatat, mencatat, dan mencatat.