Ketika guru tak suka membaca bagaimana siswa doyan membaca juga? Berikut cara mudah memupuk keinginan untuk suka membaca bagi semua orang terutama guru dan siswa
Beberapa waktu lalu, dunia pendidikan di Indonesia sempat diisi dengan kegiatan literasi. Tigapuluh menit menjelang pembelajaran dimulai, siswa stay di kelas untuk kegiatan membaca. Tapi alih-alih membaca, ternyata kegiatan mereka justru hanya berlarian di kelas, bahkan beberapa siswa lebih memilih mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang dicontek dari teman daripada membaca.
Ironis memang, disaat seharusnya waktu yang sangat berharga dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dengan membaca, justru sia-sia, hilang begitu saja dengan kegiatan yang tak tepat sasaran.
Setali tiga uang dengan siswa, tenyata guru-guru pengajarnya sama juga, tidak memanfaatkan waktu untuk membaca, namun justru asyik ngobrol di kantor, dan sebagian lagi malah menggerombol di tukang sayur untuk membeli keperluan memasak sepulang sekolah.
Akibat salah kaprah menyikapi kegiatan membaca, membuat kegiatan literasi tidak berjalan semestinya. Ketika guru tak hobi membaca, malah ngobrol di kantor, ataupun memilih belanja ke tukang sayur, sudah pasti muridnya pun tak memiliki minat serupa, bukankah guru adalah sosok yang digugu dan ditiru?
Kunci kemenangan membaca
Memiliki minat membaca memang tidak mudah. Hanya mereka yang berjiwa tenang dan memiliki sifat ingin tahu yang dapat memiliki minat tersebut, sebab sifat ketenangan tinggi serta kesabaran untuk mencerna satu persatu kalimat merupakan kunci kemenangan dalam membaca.
Saat seseorang telah memiliki kesenangan dalam membaca, pasti akan berkelanjutan menjadi kesenangan dalam menulis. Karena dengan cara membaca, kosa kata akan bertambah, disinilah kunci penting menuangkan sebuah ide, pemikiran, ataupun gagasan dalam bentuk tulisan.Â
Tak semua orang mampu secara baik menuangkan isi pikirannya dalam sebuah tulisan, hanya mereka yang memiliki kosa kata banyak yang mampu melakukannya. Sebuah realitas, ketika seseorang tidak mampu menguasai suatu bahasa dari bangsa tertentu, pastilah akan kesulitan mengkomunikasikan dengan baik apa yang diinginkanya, namun akan berbeda apabila menguasai bahasa bangsa setempat, maka akan mudah mengungkap, baik dalam bentuk lesan ataupun tulisan.
Demikian juga dengan sebuah hasil tulisan, jika si penulis tak begitu menguasai kosa kata, maka dia akan kesulitan menuangkan segala ide dalam pikirannya. Hal tersebut yang menjadi penyebab bagi mereka yang kurang suka membaca, namun lebih suka merumpi atau banyak bicara, maka akan merasa sangat kesulitan jika diminta menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan.Â
Mungkin bisa terwujud dalam sebuah tulisan, namun jauh dari kaidah bahasa yang ditentukan, karena lebih menyukai segala sesuatu secara spontan. Sementara pembicaraan yang spontan tidak terlalu memerlukan kaidah bahasa yang baku dan sesuai aturan, asal mengeluarkan apa yang dipikirkan, maka akan terjadi tanpa pikir panjang.