Cara mudah meredakan konflik antara ibu dan istri agar tercipta kedamaian dan kebahagiaan hakiki bersama istri, juga dengan tidak melupakan jasa ibu yang telah merawat dan membesarkan suami
Para suami kerap pusing tujuh keliling saat menghadapi dilema pertengkaran antara istri dengan Ibunya. Hendak membela istri, nanti dicap Ibu sebagai anak durhaka, namun bila ganti membela Ibu, resikonya dimusuhi istri.
Apalagi bila konflik tersebut telah timbul bertahun-tahun lamanya, hingga memasuki momen idhul fitri, maka sudah seharusnya ini saat yang tepat untuk mendamaikan mereka. Tanpa harus muluk-muluk dengan ucapan idhul fitri yang terlalu kebangsaan, ataupun dengan rayuan yang hanya bohongan. Yang pasti harus ada perdamaian dan kerukunan dari dalam hati, barulah akan terwujud kebahagiaan hubungan yang sebenarnya.
Penyebab ketidakakuran ibu dan istri
Problema istri dan ibu yang tidak akur semacam ini bukan hanya terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang baru seumur jagung, bahkan bisa juga menimpa pernikahan yang telah puluhan tahun terjalin. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perang antara istri dan Ibu, namun hal tersebut sebetulnya tidak akan terjadi seandainya ada saling pengertian dan pemahaman diantara dua personil yang dipertemukan akibat anak lelaki jatuh cinta tersebut.
Sangat mengagumkan jika antara Ibu mertua dan menantu perempuan bisa akur, namun terkadang berbagai faktor perbedaan menjadi latar belakang ketidakakuran tersebut.Â
Penyebab Ibu dan istri tidak akur diantaranya adalah:
Perbedaan budaya
Terkadang jatuh cinta tidak bisa diprediksi terjadinya, sebab bisa terjadi dimana saja. Saat cinta sudah melekat, tak peduli berbeda suku, bangsa, ataupun adat, kalau sudah terjadi kecocokan, maka kemudian pasangan akan menikah.Â
Bagi sepasang kekasih, mereka bisa mencoba menerima dan memahami keadaan pasangan karena rasa cinta yang mendalam. Namun hal tersebut tidak akan berlaku pada Ibu. Hal ini bisa dimaklumi, karena seorang Ibu diliputi dengan kecemasan yang mendalam terhadap kebahagiaan putranya saat menikah dengan pasangannya.
Kecemasan ini bisa bertambah besar ketika terjadi perbedaan budaya. Mungkin latarbelakang istri dibesarkan dalam pola asuh dan etika yang longgar, akibatnya menimbulkan banyak penilaian negatif dari Ibu mertua. Sementara dari pihak menantu juga merasa Ibu mertua terlalu banyak mengatur, terlalu ketat, dan gila hormat.Â