Dalam menyikapi invasi Rusia terhadap Ukraina, persekutuan negara barat memang sangat luar biasa dalam bersuara dengan menghujani sanksi hingga Rusia keder dan klepek-klepek, namun anehnya hal tersebut tidak pernah berlaku untuk Israel saat memperlakukan Palestina, yang notabene tidak beda jauh dengan RusiaÂ
Disebut perang atau pun invasi, yang dunia tahu Rusia merangsek masuk ke Ukraina dengan tujuan menunjukkan pengaruh dan kekuasaannnya. Banyak negara berpendapat, bahwa Rusia memang bertujuan untuk menguasai kembali negara yang pernah menjadi bagiannya tersebut. Namun sebagian negara dunia lainnya menyebut, upaya yang sedang dilakukan Rusia adalah hanya gertak sambal untuk menakut-nakuti Ukraina agar tidak mencoba-coba berkhianat menjadi Pro-Eropa bin Pro-Barat, apalagi berniat untuk berselingkuh dengan NATO.
Mungkin wajar jika sampai saat ini Rusia tetap 'ngeyel' dan merasa tidak rela sepenuhnya melepas negara yang pernah menjadi bagian wilayahnya tersebut, sebab keberanian rakyat Ukraina saat mendepak presidennya yang pro-Rusia dengan presiden yang anti-Rusia merupakan kenangan pahit, padahal di sisi lain, perebutan semenanjung Crimea juga merupakan kenakalan Rusia di tengah kebingungan kekosongan kekuasaan revolusi Ukraina kala itu.
Rusia salah tingkah dikeroyok barat
Marak pemberitaan yang menunjukan kenyataan di lapangan, bahwa tentara Rusia yang dikirimkan ke Ukraina sebetulnya tidak memiliki kesiapan yang mumpuni, berangkat  karena dibohongi oleh komandannya, jadi mereka seakan tidak tahu sedang dalam tugas berperang. Entah memang benar berita yang sesungguhya, ataukah hanya sebuah rekayasa keberhasilan pemberitaan propaganda demi menguasai informasi dunia.
Beredarnya berita bagaimana dipermalukannya tentara Rusia saat memasuki kota-kota Ukraina, penduduk Ukraina terang-terangan mencaci-maki dan berdebat dengan tentara Rusia yang terlihat tak berdaya. Namun hal tersebut bisa saja terjadi karena tentara Rusia lebih banyak mengalah dan diam, sebab sadar sedang disorot dunia. Jika melakukan perlawanan ataupun tindakan terlalu keras akan terkesan melanggar HAM, yang akan berakibat pada kian menumpuknya sanksi internasional.
Rusia yang serba salah dalam bertindak akibat dikeroyok negara-negara barat, sehingga terkesan salah tingkah dan salah langkah. Terbukti dengan menghilangnya puluhan helikopter Rusia yang semula banyak berseliweran di atas langit Ukraina menunjukkan kebingungan Rusia dalam bersikap. Demikian juga dengan beredarnya berita tank-tank Rusia yang dilobangi oleh tentaranya sendiri agar tidak diserang tentara Ukraina jelas menunjukan ambigunya sikap Rusia.
Hal ini jelas membuktikan, bahwa negara-negara barat memang sangat kompak dan  kuat dalam bersekutu, dengan sisi kelebihan mereka yang menghormati HAM bila dibanding Rusia ataupun negara-negara lainnya, jelas membuat semua negara di dunia  lebih mempercayai barat.
Palestina tidak beda jauh dengan Ukraina
Di saat seluruh dunia terfokus pada penderitaan Ukraina, Palestina yang telah lama mengalami nasib serupa, justru terlupakan begitu saja. Meskipun sikap Israel sudah jelas lebih dari sekedar invasi, namun tetap langgeng tidak pernah berhenti dan terus berlanjut.
Apabila diperhatikan dengan seksama dari kacamata negara yang menghormati HAM, yakinkah yang diperbuat Israel sesuai dengan nilai nilai kemanusiaan? Mengusir warga Palestina dari rumah-rumah huniannya, menganiaya bocah-bocah kecil Palestina, memenjarakan, main tembak, asal bunuh, benarkah semua tindakan tersebut mengedepankan nilai-nilai HAM dan tidak melangggar hak anak untuk tumbuh dan berkembang?