Pengenalan Topik
COVID-19, sebuah virus baru yang pernah menggemparkan dunia pada tahun 2020. Tidak dapat dipungkiri dampaknya ke berbagai sektor, tak terkecuali sektor kefarmasian. Banyak sekali sistem dalam kefarmasian, seperti apotek, produsen obat-obatan, hingga regulasi yang harus diubah untuk beradaptasi dalam situasi darurat tersebut. Berbagai tantangan seperti lonjakan permintaan obat-obatan, ketersediaan alat kesehatan, pergeseran pola konsultasi, dan perubahan dalam pengelolaan obat menuntut para stakeholders berinovasi dalam pelayanan kefarmasian.
Permasalahan Yang Dihadapi Selama Masa Pandemi COVID-19
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Semasa COVID-19, pelayanan kefarmasian harus memiliki standar terbaru yang dapat mencegah penyebaran penyakit. Di sisi lain, pelayanan kefarmasian juga harus memenuhi kebutuhan pasien yang semakin lama meningkat. Pasokan alat kesehatan dan obat-obatan yang semakin langka, terlebih lagi dalam jangka waktu yang tidak pasti, juga menjadi masalah yang harus diselesaikan Hal ini menyebabkan adanya persaingan antar pelayanan kesehatan dalam mendapatkan alat dan obat yang dibutuhkan.
Terlebih lagi, banyak apoteker dan instansi kesehatan yang belum siap menghadapi serangan mendadak dari pandemi COVID-19 juga memperburuk keadaan. Apoteker harus mempersiapkan pelayanan kefarmasian yang efektif dan terampil bagi pasien untuk memastikan keamanan dan pengendalian pandemi yang berlangsung saat itu.
Inovasi-Inovasi dan Perkembangan
Namun, terlepas dari masalah dan tantangan yang dihadapi, COVID-19 juga memberikan pelajaran yang krusial bagi pelayanan kefarmasian. Berikut adalah pelajaran dan inovasi yang penulis dapat setelah melakukan research:
- Ketersediaan Alat kesehatan. Adanya Pandemi COVID-19 menyebabkan lonjakan permintaan alat kesehatan seperti alat pelindung diri, masker, dan hand sanitizer. Karenanya, perusahaan penyedia alat-alat tersebut pun berusaha meningkatkan produksi dan mutu mereka guna menutupi permintaan.
- Perubahan dalam pengelolaan Obat. Terdapat peningkatan kesadaran akan pentingnya manajemen obat-obatan. Pandemi mendorong masyarakat untuk lebih memperhatikan pengelolaan obat-obatan yang mereka konsumsi.
- Digitalisasi Pelayanan Farmasi. Hadirnya inovasi farmasi berbasis teknologi seperti E-Pharmachy, dan Telefarmasi ini menjadikan pelayanan kefarmasian dan pengelolaan obat-obatan menjadi semakin mudah dan efektif
- Perubahan Regulasi. Pelayanan kefarmasian di apotek selama masa pandemi COVID-19 harus mampu mencegah penularan virus COVID-19. Untuk beradaptasi dengan situasi kala itu, regulasi dan peraturan yang diterapkan mengalami rombakan besar. Karena rombakan tersebut, pelayanan farmasi menjadi lebih baik.
- Peningkatan Peran Apoteker. Apoteker akan semakin berperan penting dalam memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat. Masyarakat juga akan semakin mengenal mengenai apoteker, seperti lingkup kerjanya, hingga tugas-tugasnya.Â
Kesimpulan
Pandemi COVID-19 menjadi katalisator bagi perubahan dalam pelayanan kefarmasian. Meskipun membawa banyak tantangan dan duka, pandemi ini juga membuka peluang untuk inovasi dan peningkatan kualitas pelayanan. Hal ini memberikan dampak positif bagi kefarmasian, seperti regulasi yang lebih up-to-date, peningkatan mutu dan produksi alat kesehatan, dan digitalisasi pelayanan. Kedepannya, pelayanan kefarmasian akan semakin terintegrasi dan lebih siap dengan teknologi dan berorientasi pada kebutuhan pasien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H