Mohon tunggu...
Faliq Ayken
Faliq Ayken Mohon Tunggu... lainnya -

A big fan of Manchester United, amateur reader-writer, blogger, fiksiminier, meatball addict, and mellophone-trumpet player.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terang Benderang

12 Februari 2014   06:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:55 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Faliq Ayken

Yang paling kuingat dari matahari
adalah sinarnya sadarkanku dari mimpi
Setiap pagi, ia menyapaku dengan kata-kata
"Dirikanlah salat selagi kaumasih ada."

Kubergegas berdiri menghadap-Nya
Kududukkan gagasan-gagasan untuk ditata
Pada kata yang gelap semakin melindap
Pada kata yang terang semakin benderang

Kuberjalan ikuti jalan ke tujuan
Berjualan kata-kata: merapal mantra yang sudah dipesan
Setelah sampai, kurapalkan mantra-mantra itu dengan lantang
"Besok pagi, kaurapal mantra lanjutan ini dengan tenang.
Pelan-pelan."

Kubergegas pulang, merapal kembali mantra lanjutan
Matahari menungguku di rumah keabadiannya
Kata-kata gelap, tak melindap
Ia terang, penuh cahaya, semakin benderang
Mantra-mantra yang kaurapal pelan-pelan
sampai ke tujuan: surga Ibu

2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun