Mohon tunggu...
Falidan Ahmad
Falidan Ahmad Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Kemdikbud

sejarah tentang kita hanya bisa terukir dari sebuah karya...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Surat Terbuka untuk KPI

7 Januari 2014   21:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:02 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua KPI yang sangat terhormat......Saya hanyalah seorang guru SD di kaki Gunung Perahu Kabupaten Batang. Meskipun berdomisili di pegunungan, setiap hari saya masih bisa menyaksikan acara televisi. Sebagai warga negara, tentunya saya memiliki hak bertanya kepada KPI tentang tugas dan fungsi KPI terhadap prgram dan acara televisi yang ditonton oleh masyarakat Indonesia. Melalui forum kompasiana, jika KPI tidak menanggapi surat terbuka ini, saya yakin setidaknya masih banyak kompasioner yang akan merespon. Semakin banyak respon, semakin besar kemungkinan untuk ditanggapi oleh KPI.

Saya ingin bertanya, bagaimana KPI menilai program Yuk Keep Smile (YKS) di Trans TV? Sebagai lembaga negara yang bertugas mengatur regulasi program penyiaran, apakah acara tersebut memang layak untuk ditayangkan? Jika KPI menilai tidak layak, mengapa KPI tidak melakukan somasi, teguran, revisi atau menghentikannya? Ada apa dengan KPI? Apakah “komisi” dari program YKS mengalir ke KPI? (maaf, kepanjangan KPI kan Komisi Penyiaran Indonesia, mungkin saja ada korelasi dengan komisi yang mengalir dari program yang disiarkan). Jika KPI menilai program tersebut memang layak tayang, saya memiliki data yang dapat saya gunakan sebagai argumen untuk menyatakan bahwa program YKS tidak layak tayang dan sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh siswa SD karena program tersebut tidak mendidik bagi generasi penerus bangsa dan merusak karakter siswa SD.

Sudah hampir 2 bulan ini, murid- murid saya lebih suka menyanyi lagu “oplosan” daripada menyanyi lagu nasional dan lagu daerah. Mungkin saya berpendapat karena setiap malam mereka selalu dicekoki lagu olposan dari acara YKS sehingga mereka terkontaminasi virus oplosan. Perlu KPI ketahui bahwa murid saya sekarang lebih gemar mengidolakan artis- artis seperti Rafi Ahmad, Olga Syapurta,Soimah, Kiwil, Caesar dll daripada mengidolakan tokoh/ pahlawan bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta dll. Kadang saya bertanya dalam hati, apakah Olga, Rafi Ahmad dkk telah berjasa besar untuk negeri ini, sehingga KPI memberi ruang yang begitu spesial untuk setiap hari selalu muncul di televisi pada waktu “krusial untuk belajar”? Hal yang membuat saya miris adalah, berbagai alasan yang mendukung keberlangsungan program tersebut dengan dalih kreativitas seni. Saya kemudian bertanya kembali, apakah model kreativitas seperti ini yang harus dicontoh siswa SD di Indonesia? Hanya sekedar kreativitas goyang Caesarkah? Apakah tidak ada model kreativitas lain yang lebih brilian dan elegan sebagai bentuk aktualisasi diri?

Apakah saya terlalu berlebihan, jika saya berasumsi bahwa dengan standar kreativitas yang berbeda, 5 tahun yang akan datang siswa SD di Amerika sudah mampu menciptakan robot Caesar yang bergoyang di bulan dengan remote kendali dari bumi dan siswa SD di Indonesia hanya sibuk berkreasi menciptakan goyangan Caesar jilid 2 sampai jilid 35? Sepertinya tidak menutup kemungkinan jika kelanggengan program YKS tidak ditinjau ulang, banyak siswa SD yang berlomba- lomba mengunggah kreasi goyang Caesar ke Youtube dan berharap kesuksesan instan seperti artis Youtube lain tanpa berfikir untuk mengembangkan kreativitas akademik, sosial, dan spiritual.

Saya optimis KPI bisa menidak lanjuti surat terbuka dari seorang guru SD. Besar harapan saya, KPI berani mengevaluasi program tersebut. Semoga ketika program YKS teklah direvisi,tidak muncul kembali program baru dengan kemasan baru “bukan YKS” dengan esensi dan subtansi program yang sama.

Matur nuwun....Sukses untuk KPI...maju terus Indonesiaku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun