Tuan,
Raga ini telah capai mengdu nasib di negri sebrang,
tak ada lagi semangat yang tersisah tuan,
kini tulang-tulangku tak sanggup lagi memikul beban,
tangan ku hanya mampu membuka tangnku,
Tuan,
aku kesini bukan sebagai mengemis,
aku kesini bukan sebagai peminta-minta belas kasih dari mu tuan,
aku kesini tak ingin melihat kebohonganmu lagi tuan,
telah kenyang hati ini kau bohongi tuan,
Katamu kau tak punya uang,
tapi rumahmu kini jadi istana berdindingkan uang,
mobil mu yang megah berkacakan uang,
kenapa masih kau bohong kami tuan,
Tuan aku datang dari bahwah jembatan sebrang,
disanalah tempat ku dan saudara-saudaraku tinggal,
aku ingi memina kembali hasil jerih payahku yang kau ambil tuan,
hasil keringatku saat ku muda dulu,
saat tuan mengemis pajak dari kami,
istana dan mobil uangmu adalah keringatku dan saudara-saudaraku,
hasil dari berkuli dan memungut sampah tuan,
dan kau berjanji mengembalikannya,
tuan bilang akan mensejahterakan saudar-saudaraku,
kini aku menagih utang-utangmu,
karena janji adalah utang...
jangan joba kau bohong kami lagi tuan,
karena tenagaku ku sisahkan untuk memikul pedang,
jika tuan tak segera melunasi,
kami siap berperang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H