Sayangnya sang putra mahkota bernama Pangeran Sriwasa ini angkuh dan keras kepala, jadi ia kurang disukai dikalangan bangsawan padahal banyak gadis-gadis bangsawan yang ingin dipersunting putra mahkota, entahlah pangeran tidak berminat, dingin dengan wanita. Padahal sebagai pewaris tunggal kerajaan, Pangeran Sriwasa tumbuh dalam kemewahan dan kekuasaan tentu dengan mudah menyunting putri bangsawan dari seantero Nusantara. Rupanya ia sedang jatuh hati pada seorang bangsawan cantik jelita dari kerajaan tetangga bernama Raden Ayu Melati. Raden Ayu Melati sungguh anggun, lemah lembut dan hatinya penuh kebijakan, namun sudah memiliki tunangan, Pangeran Alit dari kerajaan jauh yang sangat dicintainya. Mereka menunda pernikahan karena Pangeran Alit keburu berangkat ke medan perang.
Sayangnya keangkuhan dan kekeras kepala Pangeran Sriwasa menjadikan empati dan nalarnya kurang diterapkan, ia tak peduli. Di matanya, tak ada yang pantas menolak dirinya. Ketika Raden Ayu Melati menolak cintanya, ia memilih jalan kekerasan dan menculiknya dibantu para prajurit, tanpa sepengetahuan Raja dan Permaisuri. Di dalam istana Pangeran Sriwasa, Raden Ayu Melati dipaksa untuk tinggal dan menerima lamarannya, wanita yang lembut ini menolaknya berulang kali, hatinya ada di Pangeran Alit.
"Pangeran Sriwasa, lepaskan aku! Ini bukan caramu mendapatkan cinta," kata Raden Ayu Melati dengan suara tegas, meski ada ketakutan yang tersirat dalam matanya.
Pangeran Sriwasa tertawa kecil, memandang Raden Ayu Melati dengan pandangan angkuh. "Apa hakmu menolak, Raden Ayu? Aku adalah pewaris kerajaan, dan jika aku menginginkanmu, kau tak bisa menolak!"
Raden Ayu Melati mengepalkan tangan, menahan amarah. "Cinta tidak bisa dipaksa, Pangeran! Ini adalah dosa yang tak termaafkan!"
Pangeran Sriwasa mendekat, lalu berbisik, "Bicaralah sesukamu, tapi kau akan jadi milikku. Hanya aku ..."
Namun tiba-tiba terjadi penyerangan dan pertempuran hebat antara pasukan Pangeran Sriwasa dengan Pangeran Alit, pintu di dobrak. Rupanya Pangeran Alit setelah pulang dari perang memperoleh laporan jika tunangannya diculik, ia bergegas untuk membebaskan. Raden Ayu Melati dapat dibebaskan dan dibawa keluar dari istana, setelah lepas dari kejaran musuh pasukan itu istirahat di perjalanan, para prajurit mendirikan kemah dan kuda-kuda beristirahat. Ketika mereka sedang duduk berdua di luar kemah dengan api unggun yang menyala, ada sikap yang aneh dari Pangeran Alit.
Pangeran Alit dengan nada sinis berkata "Mengapa aku harus mempertaruhkan nyawaku menolongmu, Raden Ayu Melati? Setelah semua ini... apakah aku masih berarti bagimu?"
Raden Ayu Melati kaget dan terluka hatinya. "Apa maksudmu, Pangeran Alit? Kau selalu yang berarti bagiku. Aku... aku tak paham mengapa kau mencurigaiku begitu."
Pangeran Alit memandangnya dengan tatapan tajam."Ah, kau mungkin tak paham, tapi aku tahu apa yang dikatakan orang-orang. Tentang kau dan... Sriwasa. Katakan, apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian?"
Raden Ayu Melati dengan air mata mulai menetes. "Tidak ada yang seperti itu, Pangeran Alit. Aku hanya ingin kembali ke sisimu, tanpa ada keraguan di antara kita."