Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

suka sama cerita horor.cerpen.puisi.cerbung.humor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Seorang Juara Sejati

28 September 2024   16:46 Diperbarui: 28 September 2024   16:49 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juara Sejati via Imagine AI oleh Falah Yunus

Bisma membuka mata kembali, menatap lawannya yang menunggu. "Aku nggak boleh menyerah sekarang. Ayah, Ibu, Damian, Pak Haris, Aprilia dan teman-teman sekolah. Mereka semua percaya padaku. Aku sudah sampai sejauh ini, aku nggak boleh mundur. Aku harus melawan, apa pun yang terjadi". Bisma menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan keraguan yang masih tersisa. "Ini bukan hanya tentang menang atau kalah. Ini tentang menunjukkan kepada diriku sendiri bahwa aku bisa menghadapi ketakutanku, bahwa aku lebih kuat dari yang kukira. Aku harus fokus. Aku bisa melakukannya".

Lawan Bisma "si gemoy dari SMK Falah" mulai bergerak dengan gesit, siap menyerang. Bisma menguatkan tekadnya, mengingat semua yang telah dia pelajari dan perjuangkan. "Aku adalah Bisma. Aku bisa melewati ini. Aku harus berjuang untuk diriku sendiri dan orang-orang yang aku cintai. Kemenangan bukan hanya soal fisik, tapi soal bagaimana aku bertahan dan melawan rasa takut ini".

Pertarungan dimulai, dan Bisma dengan penuh tekad maju untuk menghadapi tantangan terakhir ini, siap memberikan segalanya. Rasa sakit di tumit tidak dihiraukan. Ibu, pak Haris, Damian, Aprilia dan teman-teman merasa was-was terhadap kondisi Bisma.

Bisma dan si gemoy saling bertatapan tajam dan penuh konsentrasi. Mereka berdiri tegap, memerhatikan setiap gerakan lawan dengan teliti. Ada saling ukur, saling membaca gerakan, dan keduanya tampak waspada, mencari celah untuk menyerang. Keduanya berada dalam posisi siap, dengan kuda-kuda kokoh yang menunjukkan kesiapan fisik dan mental.

Ketika wasit memberi aba-aba dimulainya pertandingan, Bisma dan si gemoy segera melancarkan jurus-jurus dengan kecepatan dan ketepatan tinggi. Gerakan mereka sangat terkoordinasi, mulai dari serangan tendangan, pukulan, hingga elakan yang mengesankan. Jurus-jurus yang diperagakan tampak luwes namun penuh tenaga. Penonton pun terpukau melihat bagaimana setiap serangan disambut dengan tangkisan atau serangan balasan.

Dalam pertarungan, terdengar suara dentuman ketika tangan atau kaki bertemu, baik saat menangkis serangan maupun ketika serangan berhasil mengenai sasaran. Suara ini mengisi arena dan menambah intensitas pertarungan. Setiap serangan yang berhasil mendarat membuat penonton bersorak riuh, sementara lawan berusaha dengan cepat melakukan perlawanan.

Penonton memberikan dukungan dengan sorakan yang membahana. Teriakan semangat dan instruksi dari pelatih yang terdengar di sudut-sudut arena membuat suasana semakin dramatis. Setiap kali ada jurus yang mencengangkan atau serangan yang nyaris melumpuhkan lawan, suara penonton semakin membahana, menambah ketegangan disetiap detiknya.

Pertarungan ini sangat seimbang, dan tidak jarang Bisma dan si gemoy saling bertukar serangan balik yang luar biasa. Masing-masing menunggu momen yang tepat untuk memanfaatkan kelemahan lawan, sehingga setiap gerakan selalu dinanti oleh penonton dengan penuh antisipasi. Jurus-jurus yang dilakukan menjadi lebih dinamis dan strategis.

Ketika pertarungan berlanjut ke ronde-ronde akhir, penonton mulai merasakan ketegangan yang luar biasa. Bisma dan si gemoy tampak kelelahan, namun kekuatan mental mereka tetap kokoh. Meskipun napas mereka mulai berat, mereka tetap berdiri tegak, siap melancarkan serangan terakhir. Pertarungan menjadi semakin intens, dengan jurus-jurus pamungkas yang diluncurkan sebagai usaha terakhir untuk menjatuhkan lawan.

Akhirnya, dengan jurus "Ikan Terbang Menggoyang Sirip" dilanjutkan "Harimau Membuka Jalan" dan dieksekusi dengan jurus "Harimau Menutup Jalan", Bisma berhasil menjungkalkan si gemoy.  Sorak-sorai dari penonton membahana. Bisma berdiri di tengah arena dengan napas terengah-engah, namun dengan hati yang penuh kemenangan. 

Penonton menunggu dengan napas tertahan saat wasit dan juri melakukan penilaian. Ketika Bisma diumumkan sebagai pemenang, gemuruh sorakan atau tepuk tangan meriah memenuhi arena, memberikan penghargaan pada kedua pesilat yang telah berjuang keras dalam pertarungan sengit tersebut. Bisma melambungkan tangan ke udara dengan bangga, sementara si gemoy yang kalah tetap dia hormati karena keberanian dan semangat juangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun