Pendekatan  teori  belajar  sosial  terhadap  proses  perkembangan sosal  dan  moral  siswa  ditekankan  pada  perlunya  conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
Prosedur-prosedur Social learning :
1 . Conditioning :  prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku social dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan  perilaku-perilaku  lainnya,  yakni  dengan  :  Reward (ganjaran / memberi hadiah/ mengganjar); Punishment (hukuman / memberi hukuman).
1.  Dasar  pemikirannya  :  Sekali  seorang  siswa  mempelajari perbedaan   antara   perilaku-perilaku   yang   menghasilkan ganjaran (reward)    dengan    perilaku-perilaku    yang mengakibatkan hukuman (punishment), ia senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku social mana yang perlu ia perbuat.
2.  Komentar orang tua / guru : ketika mengganjar/menghukum siswa   merupakan   faktor   yang   penting   untuk   proses penghayatan  siswa  tersebut  terhadap  moral  standards (patokan-patokan moral ).
3.  Orang  tua  dan  guru   diharapkan  memberi  penjelasan  agar siswa  tersebut  benar-benar  paham  mengenai jenis  perilaku mana yang  menghasilkan ganjaran dan jenis  perilaku  mana yang menimbulkan sangsi.
4. Â Reaksi-reaksi seorang siswa terhadap stimulus yang ia pelajari adalah hasil dari adanya pembiasaan merespons sesuai dengan kebutuhan.
5.  Melalui  proses  pembiasaan  merespons  (conditioning)  ini, menemukan  pemahaman  bahwa  ia  dapat  menghindari hukuman dengan  memohon  maaf yang sebaik-baiknya agar kelak terhindar dari sanksi.
6.  Imitation (peniruan).
Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogyanya memainkan peran penting  sebagai  seorang  model  /  tokoh  yang  dijadikan  contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Contoh : Mula-mula seorang siswa  mengamati  model  gurunya  sendiri  yang  sedang melakukan sebuah sosial, umpamanya menerima tamu, lalu perbuatan menjawab salam,  berjabat  tangan,  beramah-tamah,  dan seterusnya  yang dilakukan model itu diserap oleh memori siswa tersebut. Diharapkan, cepat/lambat siswa tersebut mampu meniru sebaik-baiknya perbuatan social yang dicontohkan oleh model itu.
Kualitas  kemampuan  siswa  dalam  melakukan  perilaku  social hasil  pengamatan terhadap  model tersebut, antara  lain  bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi siswa " siapa " yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan  berwibawa seorang  model, semakin tinggi  pula  kualitas imitasi perilaku social dan moral siswa tersebut.