Skema sensor adalah prilaku terbuka yang bersifat jasmaniah yang tersusun secara sistematis dalam diri bayi/anak yang merespon lingkungan.  Sedangkan skema  kognitif adalah tatanan tingkah  laku untuk memahami dan menyimpulkan lingkungan yang direspon.
Ada  dua  macam  kecakapan  kognitif  siswa  yang  amat  perlu dikembangkan segera, khususnya oleh guru, yakni :
1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2. Strategi  meyakini  arti  penting  isi  materi  pelajaran  dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran
Teori Piaget ini beberapa hal dapat dibenarkan. Namun juga ada perkecualian bahwa ada anak pada level usia sama tapi kognisinya berbeda. Pada usia 7 -- 11 anak-anak sudak bisa menggunakan logika, siswa mudah belajar jika konsep pelajaran konkrit, jangan abstrak. Misalnya menghitung dengan bantuan jari-jari tangan. Tapi sayang di Indonesia untuk pendidikan setingkat Sekolah Dasar, siswa diarahkan pada belajar abstrak. Akibatnya pelajaran tidak membekas di memori anak, justru  saat  ini  sedang trend  diluar jam pelajaran  anak-anak kursus  matematika  dengan  bantuan  sempoa.  Peralatan  ini  akan memudahkan anak belajar, dan hasil pelajaran akan tersimpan lama dalam memori anak. Rupanya ada kesenjangan dalam belajar antara dunia SD dengan dunia kursus, padahal untuk setingkat SD belajar konkrit sangat bagus untuk perkembangan kognisi siswa. Untuk itu para praktisi pendidikan perlu juga menyimak model belajar  Dr. Maria Montessari  yang  menggunakan  metode  belajar  konkrit  dengan bantuan alat-alat belajar.
C. Constructivism
Teori   belajar   Kontstruksi    merupakan  teori-teori  yang menyatakan  bahwa  siswa  itu  sendiri  yang  harus  secara  pribadi menemukan  dan   menerapkan   informasi   kompleks,   mengecek informasi  baru dibandingkan dengan aturan  lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi. (10)
Konstruktivisme  lahir  dari  gagasan  Jean  Piaget  dan  Vigotsky dimana  keduanya  menekankan  bahwa  perubahan  kognitif  hanya terjadi  jika  konsepsi-konsepsi  yang  telah  dipahami  diolah  melalui suatu  proses  ketidakseimbangan  dalam  upaya  memakai  informasi- informasi baru.
Hakikat dari teori konstruktivism adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara  terus  menerus  memeriksa  informasi-informasi  baru  yang berlawanan  dengan  aturan-aturan  lama  dan memperbaiki  aturan- aturan tersebut.
Salah satu prinsip paling penting adalah guru tidak dapat hanya semata-mata  memberikan  pengetahuan  kepada  siswa,  siswa harus membangun  pengetahuan  di  dalam  benaknya  sendiri.,  guru  hanya membantu  proses  ini  dengan  cara-cara  mengajar  yang membuat informasi  menjadi sangat  bermakna dan sangat  relevan  bagi siswa dengan  memberikan  kesimpulan  kepada  siswa  untuk  menerapkan sendiri ide-ide dan  mengajak siswa agar siswa menyadari dan secara sadar menggali strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Pendekatan   konstruktivism   dalama   pengajaran   lebih menekankan  pada  pengajaran Top-Down daripada  Bottom-Up. Top- Down berarti  siswa  mulai dengan  masalah-masalah yang  kompleks untuk  dipecahkan  dan  selanjutnya  memecahkan  atau menemukan (dengan   bantuan  guru)   keterampilan-ketrampilan  dasar  yang diperlukan.