Mohon tunggu...
Falah Yunus
Falah Yunus Mohon Tunggu... Guru - suka ngajar

Urang Samarinda leh olah catat mencatat tulis menulis ketik mengetik kata mengata omon mengomon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orientasi Baru dalam Psikologi Belajar

28 September 2024   01:03 Diperbarui: 28 September 2024   02:48 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar dengan Media via Imagination Ai oleh Falah Yunus

Beberapa kritik diajukan terhadap pembelajar mandiri ini dengan ide-ide  yang  bermacam-macam,  seperti  bagian  dari  tradisi budaya barat atau pembelajar bukan barat/aneh. (Jones, 1995). Argumen ini dibantah   bahwa   metode   ini   digunakan   untuk   mengembangkan pengetahuan  pembelajar  mandiri  se bagai  tradisi  pengajaran  barat contoh    budaya    pendidikan    Denmark, Inggris    dan    Irlandia. Perkembangan  Pembelajar  mandiri  di Jepang  dielaborasikan  secara spesifik dengan tradisi budaya Jepang baik di dalam maupun di luar kelas, diharapkan  pengalaman terhadap tantangan   dan  pengayaan belajar  adalah  didapatkan  rasa percaya  diri  untuk  dibawa  pulang dengan pengertian yang besar mengenai teori dan implikasi praktik pendidikan.(17)

Belajar  mandiri  membuat  para  pelajar  terbebas  dari  kelas reguler,  membuat  belajar  sesuai  dengan  kemampuan  pelajar,  dan dapat   melayani   diri   sendiri   dalam   hal   kebutuhan   belajarnya. Paradigma  belajar  atau  learning  paradigm  yang  akan menjadikan pelajar-pelajar  atau  learner  menjadi  manusia  yang  diberdayakan adalah salah satu strategi bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu perlu diupayakan agar belajar mandiri ini dapat berkembang dengan mendorong para pelajar untuk belajar   dengan tekun yang datang  dari  keinginannya  sendiri.  Dengan  demikian  akan  diperoleh generasi yang proaktif, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan kritis. Dengan pembelajar mandiri maka akan tercipta generasi bisa bertoleransi,    bisa berdemokrasi,    dan    berbudi    pekerti,    serta menghargai hak-hak orang lain. Maka untuk selanjutnya kita tidak lagi menyebut siswa, student atau pupil tapi learner atau pelajar bagi anak didik kita.

I. Cooperative Learning

Belajar Kelompok (Cooperative learning) adalah sebuah strategi pengajaran yang sukses di dalam tim kecil, penggunaan sebuah variasi dari aktivitas belajar untuk memperbaiki pemahaman subyek. Setiap anggota tim tidak hanya bertanggung jawab pada belajar yang telah diajarkan tapi juga membantu  kawan belajar se-tim, jadi membuat sebuah kondisi berprestasi.  (18)

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :(19)

1. Siswa   bekerja   dalam   kelompok   secara   kooperatif   untuk menuntaskan materi belajarnya

2. Kelompok  dibentuk  dari  siswa  yang  memiliki  kemampuan tinggi, sedang dan rendah

3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras budaya, suku, jenis kelami berbeda-beda

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

Belajar  kelompok yang terdiri 4-6 anak  per  kelompok sangat bagus  bagi  perkembangan  kepribadian  anak  dan  perkembangan sosialisasi. Pada belajar ini siswa dapat saling berinteraksi sehingga akan  timbul  rasa  persaudaraan,  siswa  belajar  untuk mengeluarkan pendapat, ide. Siswa akan bangga terhadap penguasaan topik tertentu dan akan  memberikan  presentasi  kepada teman-temannya,  bahkan dalam salah satu strategi belajar kelompok siswa dapat memperoleh julukan ahli misalnya ahli empedu, ahli jantung dan sebagainya dalam belajar kelompok.

Sayangnya karena kurikulum di sekolah yang padat, dan guru harus menghabiskan materi sesuai program pengajaran maka banyak guru yang tidak mau menjalankan, alasan repot, makan waktu dan memerlukan  kerja  keras  untuk  memperhatikan  tiap-tiap kelompok. Biasanya  guru  hanya  membagi  kelompok  pelajar  untuk  berdiskusi tentang suatu topik, tanpa ada  bimbingan,  misalnya siswa  masing- masing berdiskusi, hasil diskusi ditulis di kertas, hasilnya dikumpulkan. Guru  yang  profesional  tentu  tidak  akan melewatkan  masa-masa tugasnya dengan menggunakan metode belajar kooperative.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun