Arpan tak mau kalah. "Sando itu pasti lumba-lumba. Pinter, tapi sukanya muncul di tempat-tempat yang gak perlu, bikin heboh tanpa alasan."
Mira tertawa terbahak-bahak, "Kalian berdua ini, tahu gak, kenapa aku senang sama kalian? Soalnya kalian bikin hidup di sekolah ini jadi lebih seru. Tapi jangan lupa, kalian berdua itu sama-sama ngerepotin. Kalau aku lagi sibuk, kalian malah bikin keributan!"
Akhirnya, mereka bertiga menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Tidak ada lagi persaingan, hanya tawa dan olokan yang membuat hari-hari mereka di sekolah lebih berwarna. Setiap kali mereka bersama, selalu ada candaan baru yang mengocok perut.
Pada sesi masuk laboratorium TJKT, saat mereka bertiga sedang mengerjakan tugas merakit komputer dari pak Rasyid mereka masih sempat olok-olok, betul-betul TJKT banget gaya olokan mereka.
Sando sambil menatap layar komputer berkata, "Pan, gimana sih caranya kamu bisa hidup kalau prosesornya kayak Pentium II? Lemot banget mikirnya!"
Arpan dengan senyum liciknya menjawab, "Lemot gak masalah, yang penting stabil. Daripada kamu, San kayak komputer overclocking, cepet panas terus ngadat!"
Mira tertawa mendengar mereka, Â "Sando, Arpan, kalian tuh kayak dua virus yang saling berusaha nge-crash sistem otakku deh."
Sando sambil nyengir langsung komen, "Kalau aku virus, pasti aku virus canggih, yang cuma bisa dimatiin sama antivirus premium! Arpan mah, paling-paling jadi malware gratisan yang gampang kehapus!"
Arpan tidak mau kalah dan langsung membalas dengan cepat, "Hah! Sando, kamu itu ibarat software bajakan. Kelihatannya keren, tapi gak lama pasti kena blacklist!, ha ha ha"
Mira tergeleng -- geleng  sambil tersenyum, "Kalian tahu nggak? Kalau aku ini firewall, kalian pasti langsung ke-detect sebagai ancaman berisiko tinggi."