Di dunia yang dipenuhi dengan kilauan popularitas dan cahaya kamera, Nita adalah seorang pelajar SMK kelas XII sekaligus selebgram muda yang sedang naik daun. Dengan ribuan pengikut yang selalu menunggu setiap unggahannya, hidupnya tampak sempurna di mata publik. Namun, dibalik layar, Nita menyimpan banyak kegelisahan yang tak pernah ia tunjukkan.
Nita memiliki seorang kekasih bernama Aji, seorang pemuda tampan dan cerdas yang selalu mendukung kariernya. Mereka sering berbagi momen-momen romantis di media sosial, membuat banyak orang iri pada hubungan mereka. Namun, ketenaran Nita tidak selalu membawa kebahagiaan. Dibalik senyumnya yang selalu terpancar di setiap foto, ada perasaan cemas dan ketakutan yang sering menghantuinya.
Suatu hari, Nita melihat komentar dari seorang penggemar di salah satu fotonya bersama Aji. Penggemar itu menulis bahwa Aji terlihat lebih akrab dengan seorang wanita lain, dan ada beberapa foto mereka berdua yang tersebar di media sosial. Nita merasa dadanya sesak. Ia mencoba mengabaikan komentar itu, tetapi pikirannya terus diganggu oleh bayangan Aji yang mungkin saja tidak setia padanya.
Kecurigaan Nita semakin kuat ketika ia menemukan foto-foto yang dimaksud di akun Instagram seorang wanita bernama Wiyah, yang tampaknya adalah teman lama Aji. Foto-foto itu menunjukkan mereka berdua sedang bersenang-senang, tertawa bersama, dan terlihat sangat dekat. Nita merasakan api cemburu menyala di hatinya.
Tanpa berpikir panjang, Nita langsung menelepon Aji. Nada suaranya penuh emosi, dan ia mulai menuduh Aji telah mengkhianatinya. Aji, yang kaget dengan tuduhan itu, mencoba menjelaskan bahwa Wiyah hanyalah teman lama yang kebetulan bertemu kembali setelah bertahun-tahun. Namun, Nita yang sudah dibutakan oleh rasa cemburu tidak mau mendengarkan penjelasannya.
Pertengkaran mereka memanas. Kata-kata kasar mulai keluar dari mulut Nita, dan Aji, yang merasa terluka oleh tuduhan yang tidak berdasar itu, akhirnya memutuskan untuk mengakhiri percakapan. "Kalau kamu tidak percaya padaku, mungkin kita memang harus berpikir ulang tentang hubungan ini," kata Aji sebelum menutup telepon.
Nita terdiam. Kata-kata Aji bergema di telinganya. Apakah ia benar-benar akan kehilangan orang yang paling dicintainya karena rasa cemburu yang tidak masuk akal? Perasaan hampa dan putus asa mulai menyelimuti hatinya. Dalam keputusasaan, Nita memutuskan untuk melakukan sesuatu yang ekstrem.
Ia membuka Instagram dan mulai menyiapkan live streaming. Dengan air mata mengalir di pipinya, ia mulai berbicara kepada ribuan pengikutnya. "Aku lelah... aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku hanya ingin semua ini berakhir," katanya sambil memegang sebotol pil PxC yang mengandung trxmxdxl.
Para pengikutnya yang menyaksikan siaran langsung itu mulai panik dan mengirimkan pesan-pesan untuk menyelamatkan Nita. Namun, dalam keadaan emosional yang labil, Nita tidak bisa berpikir jernih. Ia merasa tidak ada lagi yang bisa menghentikannya.
Namun, sebelum ia melakukan tindakan yang fatal, sebuah pikiran tiba-tiba melintas di benaknya. Pikiran yang datang dari pelajaran Informatika yang pernah ia pelajari di sekolah dengan guru pak Falah yaitu "berpikir komputasional". Ia teringat bahwa berpikir komputasional adalah cara untuk memecahkan masalah secara logis dan bertahap, seperti algoritma dalam sebuah program.
Nita mulai memikirkan situasinya sebagai sebuah masalah yang harus dipecahkan, bukan sebuah tragedi yang tak terhindarkan. "Jika aku mengambil langkah ini," pikirnya, "apa hasil akhirnya? Apakah ini benar-benar menyelesaikan masalahku atau malah menciptakan masalah baru?" Ia mulai memetakan skenario yang mungkin terjadi jika ia melanjutkan aksinya.