Mohon tunggu...
edwin fahrur rozy
edwin fahrur rozy Mohon Tunggu... -

HHN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosial Budaya dari Masa ke Masa

29 Desember 2014   04:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada setiap kehidupan masyarakat manusia senaantiasa mengalami perubahan. Peristiwa perubahan yang terjadi merupakan fenomena social yang wajar. Oleh karena setiap manusia memiliki kepentingan yang tak terbatas disamping itu perubahan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan dinamika social manusia. Perubahan tersebut nampak dapat di bedakan dengan tatanan social yang baru misal perbandingan hidup social masyarakat sebelum dan sesudah yang ada di Kecamatan Genteng.

Dahulu kawasan / kelurahan ini memiliki budaya yang beragam diakibatkan asal muasal warganya yang berasal dari berbagai daerah, baik dalam kawasan Surabaya sendiri, Jawa Timur, luar pulau Jawa,bahkan luar negeri. Walaupun sangat beragam, masyarakat di sini sangat menunjang persatuan dan kesatuan, tetap menjaga hubungan silaturahmi yang diaplikasikan dengan bermain music bersama, nongkrong, bahkan budaya ngapel dengan gadis – gadis di sekitar sini yang terkenal akan kecantikannya. Faktor kehidupan yang tidak menuntut disiplin tinggi juga mempengaruhi warga yang semakin guyub bahkan hingga malam tiba.

Perkembangan budaya masyarakat disini sangat maju dengan hadir orang – orang Tionghoa, Belanda, dan Timur Indonesia (Nusa Tenggara, Maluku, Papua). Orang –orang beragam menjadi keseruan yang tiada habisnya, menjadi komunitas yang menyenangkan di dalam Negara yang penuh perjuangan dalam mencapai arti kemerdekaan sesungguhnya.

Dalam perkembangan zaman, budaya guyub dalam kebersamaan semakin terkisis. Mulai dari orang Belanda yang dipulangkan ke negaranya, mengingat akan kemerdekaan yang digaungkan arek-arek Suroboyo dengan mengisur Belanda beserta antek-anteknya.

Satu bangsa telah hilang, tetapi budaya yang mereka tanamkan masih berjalan. Konser music secara rutin menjadi menu wajib di kawasan ini. Kemudaian, perpindahan warga keluar kawasan ini menjadi semakin intens, baik karena faktor ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang  lebih tinggi, ingin mencoba peruntungan nasib, maupun ingin kembali ke kampong halaman. Hal ini juga dipengaruhi kondisi politik dan pemerintahan yang belum stabil serta sarat intrik.

Pergantiaan pemerintahan menjadikan fokus tujuan berubah, banyak hal yang dimajukan tetapi ada juga hal-hal yang ditekan. Budaya semakin mengalir mengikuti perkembangan zaman, kadang melupakan yang esensial dan lebih mementingkan apa yang ada di depan mata.

Hingga pada akhirnya menuju ke zaman sekarang, kawasan ini menjadi kota tua yang tetap ditinggali dan dilakukan beberapa pembenahan. Mengingat lokasi ini berada di pusat kota dengan focus pada sector perdagangan dan jasa. Pasar dan Mall berkembang pesat, kebutuhan hidup pun meningkat. Setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan bekerja keras

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun