Mohon tunggu...
Fakhrurrozi
Fakhrurrozi Mohon Tunggu... Lainnya - Marine storyteller

Seorang pecinta laut yang berdedikasi menjaga keindahan dan keberlanjutan ekosistem pesisir melalui konservasi, pemberdayaan, dan pengelolaan sumber daya laut. Lewat tulisan, saya berbagi kisah perjalanan menyusuri pantai Indonesia dan interaksi dengan komunitas pesisir yang tangguh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghidupkan Tradisi Melalui Ikan Asin Balobo

25 Desember 2024   14:19 Diperbarui: 25 Desember 2024   14:19 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aroma ikan asin yang dijemur di bawah terik matahari adalah pemandangan sehari-hari yang menggambarkan kerja keras dan tradisi, di Desa Apara dan Desa Longgar. Dua kelompok masyarakat, Balobo Star dan Longgar Jaya, telah memanfaatkan hasil laut lokal untuk menciptakan produk khas: ikan asin balobo. Dibentuk pada Oktober 2023, masing-masing kelompok beranggotakan 14 orang yang sebagian besar adalah perempuan pesisir.

Kelompok ini mengolah ikan julung-julung atau yang dikenal sebagai ikan balobo dalam bahasa lokal, menjadi ikan asin yang tidak hanya memiliki nilai ekonomis, tetapi juga kultural. Prosesnya sederhana namun penuh dedikasi: ikan dibersihkan, dikikis, dan dijemur selama tiga hari di bawah sinar matahari. Dengan metode tradisional ini, mereka menghasilkan produk berkualitas tinggi yang diminati pasar.

Selain meningkatkan keterampilan pengolahan hasil perikanan, aktivitas kelompok ini membawa dampak signifikan bagi ekonomi lokal. Nelayan setempat yang menjadi pemasok utama ikan ini mendapatkan penghasilan tambahan dari hasil tangkapan mereka. Sementara itu, kelompok-kelompok ini menjadi ruang pemberdayaan bagi perempuan di desa, memberikan mereka kesempatan untuk berkontribusi pada ekonomi keluarga.

Namun, perjalanan mereka tidak lepas dari tantangan. Keterbatasan fasilitas seperti alat pengering modern dan energi listrik menghambat produksi, terutama saat cuaca tidak mendukung. Selain itu, akses transportasi yang sulit dan biaya pengiriman yang tinggi membuat pemasaran produk ke luar daerah menjadi tantangan tersendiri.

"Kami berharap bisa mendapatkan alat pengering ikan yang lebih modern dan infrastruktur transportasi yang lebih baik agar produksi kami bisa meningkat," ungkap salah seorang anggota kelompok.

Dukungan dari program ATSEA-2 dan Yayasan TAKA menjadi pendorong utama bagi Balobo Star dan Longgar Jaya. Berbagai pelatihan, mulai dari pengolahan hasil perikanan hingga pengurusan izin usaha membantu mereka meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas jangkauan pasar.

Di tengah keterbatasan, semangat kelompok ini tetap membara. Mereka bercita-cita tidak hanya mengembangkan usaha ikan asin balobo tetapi juga memberdayakan lebih banyak komunitas di desa mereka. Dengan keramahan penduduk dan keindahan alam desa sebagai latar, Balobo Star dan Longgar Jaya menjadi bukti bahwa tradisi lokal dapat menjadi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun