Di zaman yang serba modern ini tidak dapat kita pungkiri kenyataan-kenyataan yang ada. Teknologi misalnya, akan membawa dampak positif dan negatif dalam kehidupan. Baik itu kehidupan individu, maupun kelompok. Dampak positif dari Teknologi adalah memudahkan yang dianggap sulit, seperti handphone, laptop dan lain sebagainya. Dan dampak negatifnya adalah banyak membawa madarat bagi yang menyalahgunakannya. Dengan kata lain, teklonogi tersebut tidak dapat memberikan manfaat bagi pemakainya.
Namun santri, yang dijuluki sebagai kaum sarungan tur kopiahan dan dianggap memiliki harapan besar dalam memimpin negeri ini secara arif dan bijaksana serta diharapkan mampu menjadi seorang pemimpin di masa depan (the future leaders), memiliki pandangan berbeda mengenai apa itu teknologi dan bagaimana memanfaatkan teknologi, karena mindset yang dibangun oleh para kyai-kyai dahulu bahwa teknologi itu tidak ada manfaatnya tapi banyak mudaratnya. Landasan itulah yang mendorong Majelis Al Muwasholah baina al Ulama il Muslimin bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi serta beberapa instansi negeri maupun swasta lain untuk meluruskan pemahaman tersebut. Saatnya santri merubah pola pikirnya dengan memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran serta dakwah, seperti halnya komputer sebagai teknologi pemikat manusia. Dengan komputer kita dapat membuat apapun dan mencari apapun di dunia ini dalam hitungan menit bahkan detik.
Dalam rangka menumbuhkan kemampuan santri dalam bidang teknologi itulah, Kamis 27 Februari 2014 Majelis Al Muwasholah baina Al Ulama il Muslimin menggelar Workshop Teknologi Informasi dan komunikasi di Pondok Pesantren Ribath Nurul Hidayah Tegal, Jawa Tengah. Kegiatan tersebut dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan pembacaan Al Qur'an oleh santri setempat dan kegiatan workshop tersebut dibuka tepat pukul 11.00 WIB oleh pengasuh Pondok Pesantren Ribath Nurul Hidayah yaitu Abuya Al Habib Sholeh bin Ali Al Athas. Dari tingkat pemula para santri di beri pelatihan dengan sistem kelas pada setiap harinya.
Workshop Teknologi Informasi dan Komunikasi yang diadakan di tiga titik ini, dimana Tegal menjadi salah satu Kota di Jawa Tengah yang dikunjungi setelah Demak dan Rembang, diikuti oleh perwakilan beberapa Pesantren dan Majelis Ta'lim di lingkungan regional Tegal. Kedepannya diharapkan seluruh Pesantren di Tegal dapat dijangkau dengan kegiatan serupa. Di sela-sela coffea break pada workshop ini juga secara simbolik dikukuhkan sebuah Tim Relawan TIK Indonesia Kementerian Informasi dan Komunikasi Regional Tegal yang akan membantu program pemerintah yaitu pada tahun 2015, 50 % Masyarakat Indonesia sudah melek IT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H