Don’t Judge girl by its cover adalah sebuah novel terjemahan yang pernah saya baca karena saya tertarik dengan judul buku tersebut. Jangan nilai seorang cewek dari luarnya. Hem kata-kata yang sangat tepat menggambarkan banyaknya kasus ‘salah nilai’ yang terjadi periode ini.
Sekarang ini tidak jarang kita temui orang-orang yang berpikiran dangkal yang menilai seseorang hanya dari wajah atau penampilannya saja. Walau ya memang tidak bisa dipungkiri bahwa penampilan memang cermin dari perilaku seseorang. Tapi, alangkah lebih baik bila kita membiasakan untuk berpositive thinking terhadap segala hal.
Contoh kasus ‘judge by cover’ adalah tentang profile picture yang saya gunakan. Mungkin bagi para pecinta sepak bola akan dapat mengenali foto tersebut sebagai salah satu pemain Manchester United. Tapi bagi yang tidak mengetahui mungkin akan mengira itu adalah foto asli saya. Mau bukti? Sudah jelas tercantum bahwa nama saya ’Fafa Fakhrunnisa’ yang jelas-jelas merupakan nama seorang wanita. Tapi, dengan hanya melihat foto saya saja, tidak sedikit yang mengira bahwa saya adalah seorang laki-laki.
Jadi inti tulisan ini Fafa hanya ingin memperkenalkan dirinya sebagai perempuan?
BUKAN.
Dalam artikel ini saya ingin berbagi pada teman-teman untuk terus berpikir negatif dan melihat sisi baik dari sesuatu. Misalnya coba Anda amati kisah ini.
"Hari ini gua pergi ke sekolah pagi-pagi supaya gak telat. Bukannya untung gua, di tengah jalan gua malah diguyur ujan deres banget. Sial banget sumpah, udah payung gua jadi kerasa ga berfungsi sangking deresnya. Pas gua dah deket sekolah, gua nyium bau-bau aneh gitu dan bikin gua curiga. Begitu gua angkat sepatu gua. Ternyata gua nginjek tai otok yang masih panas-panas gitu.Jirr sial abis gua hari ini. Kurang lebih gua rasa, hari ini hari kesialan gua."
Dari cuplikan cerita di atas dapat kita tangkap bahwa anak sekolah tersebut terus berpikir bahwa ia sial, dan bahkan hingga mencap harinya adalah hari yang sial. Padahal hari itu baru ia jalani beberapa jam saja, bahkan setengahnyapun belum.
Ini dia yang mau saya tekankan saudara saudara. Alangkah tidak baiknya jika kita bersikap seperti anak ini yang ‘menjudge’ harinya seenaknya. Di sini dapat kita tangkap bahwa menjudge seenaknya dapat merusak mood kita. Padahal baru pagi-pagi, tapi mood anak itu akan rusak seterusnya.
Ini masalah hari, bagaimana dengan masalah manusia? Sesama manusia terkadang sering muncul sikap menjudge seenaknya. Contohnya saat kita baru bertemu seseorang, dilihatnya wajah orang tersebut culun kemudian merendahkannya. Maka, perlu kita ingat bahwa manusia punya rasa. Ketika kita menjudge orang lain seenaknya maka orang itu akan merasakannya. Syukur-syukur kalau orangnya baik, kalau sensi? Beuh jadi dendam atuh eta mah.
Nah menurut pengalaman saya sendiri, ketika saya dijudge seenaknya oleh teman baru saya, saya merasa sangat kesal meski tentu saja saya menutupinya. Walau sikap orang tersebut sudah berubah ketika ia tahu bahwa dirinya tidak lebih baik dari saya, saya tetap merasakan kekesalan ya tentu saja karena saya sensi. Dan jangan lupa, di dunia ini manusia sensi tidak hanya saya, banyak sekali.
Sekian ini yang ingin saya sampaikan intinya,
Don’t judge anything but its cover and keep positive thinking of anything
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H