Mohon tunggu...
Fakhrul Rozi Alsaa-Id
Fakhrul Rozi Alsaa-Id Mohon Tunggu... -

Presiden Mahasiswa Universitas Dehasen Bengkulu Yakin dan Percaya ditengah Krisis Multi Dimensi yang melanda bangsa Ini,kita masih bisa untuk bangkit dan keluar menuju kejayaan bangsa yang telah seharusnya dimiliki bangsa Ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon Cinta

23 Februari 2013   02:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:51 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti ini lagi.

Yah...apa mau dikata. Aku cuma bisa melewati senja beranak-pinak disamping pohon kecil yang sedang tumbuh ini,tanpa sadar kelakuannya semakin menutupi senja.Itu dulu,dua tahun yang lalu. Sekarang pohon ini sudah jauh lebih besar dan kurasa lebih kokoh,iya kokoh. Seperti janji kekokohan kita yang tak bakal ada habisnya,dulu. Kini aku tak tahu apakah itu masih sebuah janji kekokohan,diatas jarak,dibawah rendaman rindu yang tiap malam meresap hingga basah yang lama-kelamaan (mau tak mau) perlahan rapuh dimakan rindu,itu sendu.

Apa kabar kamu ?,semoga baik-baik saja dan selalu bahagia.

Semua yang dimakan waktu aku paksa untuk keluar lagi,disini. Tak bisa kusebut disamping pohon,aku sudah harus menyebutnya dibawah pohon,pohon yang semakin kokoh.Seperti janji kekokohan kita dulu,iya dulu. Memang seperti inilah mungkin kikisan hati yang berguguran,tak jauh beda dengan daun yang jatuh dari pohon ini. Jika kau tak suka daun itu berserakan dan mengotori,sapulah,itu akan terlihat lebih bersih dan nyaman mata memandang.Tapi,tahukah kamu apa makna dibalik gugurnya kikisan hati yang lama telah aku bentuk ?. Sama seperti daun yang berguguran ini juga,ia akan membantu membuat pohon ini hidup lebih kokoh dengan dirinya sendiri.

Entahlah dengan kikisan hati ini,membuat pohon kita semakin kokoh atau malah menjadikannya tak ada. Mungkin kau risih dengan kikisan hati ini selayaknya daun yang gugur dipelataran istana megahmu,kotor.Tiba-tiba enyah tanpa arah.Tak sedikitpun yang berguguran itu menangisi kegugurannya.Ada kata 'demi' yang sedang ia perjuangkan.Ia akan terus berguguran untuk menghidupi apa yang harus ia hidupi,walau sendiri.

Bagaimana hatimu ?,semoga diberikan tempat ternyaman untuk bersemayam.

Pak Mario Teguh pernah bilang kalau cinta itu soal dua insan yang sama-sama berusaha, kalau salah satu diantaranya tidak berusaha berarti dia tidak cinta kamu,simple.Tidak Pak Mario,jangan berkata begitu.Barangkali aku merasakan hal itu,dibawah pohon ini.Cinta itu seperti : kasih ibu kepada beta.Iya,tak harap kembali.Aku tak peduli tak seusaha apapun dia untuk ini.Aku rela.Biar aku sendiri,biar aku sendiri yang berusaha,biarlah jika dia tak cinta,biarlah....biarlah...Aku tetap aku dengan perasaanku.Karena cinta kasih yang hakiki itu Tuhan-lah yang punya,Ia menitipkan pada hati-hati kecil di bumi ini untuk menjaga dan menumbuhkan dengan cinta yang hakiki pula.Itu setahuku.Iya memang aku tak berilmu soal cinta dan rasa,tapi biarlah.Perlahan Tuhan juga akan memberi yang terbaik karena ridha-Nya.

Masih ingat dengan empat huruf sederhana,KITA ?. Ia yang perlahan berguguran dibawah pohon ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun