Mohon tunggu...
Ichsan Fakhruddin
Ichsan Fakhruddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Salam Smart! Fakhrul dien Alumni writers academy (Sekolah-Menulis Online).Mahasiswa The Islamic Call College Tripoli-Libya, Program studi Dakwah dan Peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah Keropos Ulah Tikus Berdasi dan Singa Berpeci

1 Juni 2011   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:59 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rumah megah indah menawan itu kini kemana?

Kemegahan terpancar dari beragam warna melekat di dinding

Kemegahan tergambar dari corak lisan penghuninya

Foto-foto indah yang ada di dalamnya kini musnah tak berjejak



Rumah yang sedari zaman A dibangun dengan pondasi kuat

Utuh dengan pasir dan semen bermutu dan berkualitas

Namun kenapa rumah itu tak kuat daya, keropos, miring

Dan sebentar lagi akan roboh dihantam angin lirih



Rumah yang katanya berpondasi pancasila, bertembokkan demokrasi

Kenapa tak bisa menjadi rumah yang utuh? Apa karena tikus-tikus rakus itu?

Tikus-tikus tak bersuara namun sangat menyakitkan dan bisa menewaskan

Seakan jeratan, ranjau tak mempan menangkap tikus penuh bara itu.



Rumah yang katanya beratapkan kesucian dan berlantaikan keberanian

Kenapa kini mulai berjatuhan? Apa karena banjirnya kekerasan?

Kekerasan yang dianggap umpan untuk nilai kejayaan

Kekerasan yang banyak mengiris daging gemuk tak berdosa

Kekerasan yang hanya menghantarkan pada kenestapaan

Bagi dirinya dan rumah tetangga



Terjatuh bukan berarti keterpurukan namun langkah untuk

Merangkai keindahan dan kesempurnaan

Rapuhnya rumah mewah, kejamnya tikus-tikus berdasi,

Dan beringasnya singa-singa berpeci bukan berarti kemunduran,

Bukan berarti kehancuran. Namun kebangkitan akan bergerak dari situ

Kebangkitan akan bergerak dari kesadaran. Kesadaran akan ketuhanan,

Kesadaran akan kemanusiaan, kesadaran akan keberadaban,

kesadaran akan keadilan dan persatuan demi terciptanya

kemakmuran dan kesejahteraan merata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun