Rumah megah indah menawan itu kini kemana?
Kemegahan terpancar dari beragam warna melekat di dinding
Kemegahan tergambar dari corak lisan penghuninya
Foto-foto indah yang ada di dalamnya kini musnah tak berjejak
Rumah yang sedari zaman A dibangun dengan pondasi kuat
Utuh dengan pasir dan semen bermutu dan berkualitas
Namun kenapa rumah itu tak kuat daya, keropos, miring
Dan sebentar lagi akan roboh dihantam angin lirih
Rumah yang katanya berpondasi pancasila, bertembokkan demokrasi
Kenapa tak bisa menjadi rumah yang utuh? Apa karena tikus-tikus rakus itu?
Tikus-tikus tak bersuara namun sangat menyakitkan dan bisa menewaskan
Seakan jeratan, ranjau tak mempan menangkap tikus penuh bara itu.
Rumah yang katanya beratapkan kesucian dan berlantaikan keberanian
Kenapa kini mulai berjatuhan? Apa karena banjirnya kekerasan?
Kekerasan yang dianggap umpan untuk nilai kejayaan
Kekerasan yang banyak mengiris daging gemuk tak berdosa
Kekerasan yang hanya menghantarkan pada kenestapaan
Bagi dirinya dan rumah tetangga
Terjatuh bukan berarti keterpurukan namun langkah untuk
Merangkai keindahan dan kesempurnaan
Rapuhnya rumah mewah, kejamnya tikus-tikus berdasi,
Dan beringasnya singa-singa berpeci bukan berarti kemunduran,
Bukan berarti kehancuran. Namun kebangkitan akan bergerak dari situ
Kebangkitan akan bergerak dari kesadaran. Kesadaran akan ketuhanan,
Kesadaran akan kemanusiaan, kesadaran akan keberadaban,
kesadaran akan keadilan dan persatuan demi terciptanya
kemakmuran dan kesejahteraan merata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H