Mohon tunggu...
Ichsan Fakhruddin
Ichsan Fakhruddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Salam Smart! Fakhrul dien Alumni writers academy (Sekolah-Menulis Online).Mahasiswa The Islamic Call College Tripoli-Libya, Program studi Dakwah dan Peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapa Bilang Menulis Itu Gampang?

5 Juni 2011   13:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:50 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat Smart yang budiman, menulis adalah aktifitas total organ tubuh seseorang. Anggap saja si A mengikuti lomba balap lari, tentu pada saat dia berlari, dia tampak mengerahkan segenap potensi dalam dirinya. Potensial yang muncul tentu tidak lepas dari persiapan-persiapan matang yang mendukung dia saat berlari. Mulai dari pemanasan yang cukup, pola makan yang teratur, sehingga membantu kelancaran pembalap dalam lomba hingga sampai pada garis finis.



Menulis bukanlah suatu aktifitas yang gampang. Buktinya banyak dari para penulis “pemula” yang membutuhkan stimulus-stimulus serta rangsangan sebagai power untuk mulai menulis. Mengeluarkan sejumlah uang untuk mengikuti training-training penulisan adalah hal yang wajar, ikut bergabung dalam komunitas penulisan, dst. Dengan proses yang demikian itu, apakah menulis itu hal yang gampang? Tidak!. Karena jika menulis itu gampang, pasti sudah berhamburan penulis-penulis kelas dunia di negeri kita ini.



Sahabat Smart yang budiman, acapkali penulis mendapati kendala dalam menulis, hambatan dalam merangkai kalimat pertama tulisan, apakah menulis itu hal yang gampang?. Saat penulis terjebak dalam ide, atau bleng di saat sedang menulis, apakah menulis itu hal yang gampang?. Balum lagi penulis dicegat teknis-teknis penulisan yang rumit, apakah menulis itu hal yang gampang?.



Barangkali iya, bisa saja kita katakan kepada teman kita bahwa menulis itu gampang. Dengan tujuan untuk memberikan sugesti positif kepadanya. Namun, yakinlah sugesti “gampang” itu sesungguhnya malah akan menjadi penyakit tersendiri baginya. Seharusnya kita mengatakan sejujurnya pada teman kita bahwa menulis itu tidaklah gampang, namun tidak juga mustahil.



Sahabat Smart yang budiman, sekarang potensi yang menentukan adalah “Sikap” penulis dalam memaknai sugesti sulit “tidak gampang”. Apakah sulit itu menjadi sarana motivasi untuk membangkitkan tulisan, atau malah menjadi penyakit yang menghambat tulisan?. Sehingga di sinilah letaknya ketidak-mustahilan untuk menulis.



Sugestikan “Sulit adalah Fase” untuk menuju pada ranah kemudahan. Karena setiap hasil kan membutuhkan proses bertahap. Barangkali saat ini penulis mengatakan menulis itu gampang kok. Namun, coba penulis ingat kembali ketika penulis kali pertama mencoretkan pena tuk menulis satu, dua kalimat. Apakah penulis merasa gampang tanpa hambatan?.



Sahabat Smart yang budiman, satu kata yang perlu kita perhatikan dalam menjalani proses antara sulit dengan ketidak-mustahilan, kata itu adalah STRATEGI. Iya, strategi mengajak bagaimana kita memasang cara dalam memulai menulis, pada saat menulis dan di akhir perjalanan menulis. Kemudian bagaimana kita dapat menterapi penyakit-penyakit yang menjangkiti tulisan kita agar lebih baik dan indah, mengesankan penuh makna di mata pembaca, sehingga di sinilah dibutuhkannya Strategi menulis.



Strategi yang dimaksud adalah bagaimana seorang penulis dapat menikmati fase proses dalam menulis, menginjak setiap anak tangga hingga sampai pada anak tangga teratas. Strategi itu terbagi ke dalam tiga peta; Peta OT, Oka, dan Oki.



Peta OT

OT (Otak Tengah) merupakan posisi sentral dalam otak manusia. Otak ini berfungsi sebagai dokumenter (Bank informasi) yang telah didapat dari pengalaman dulu atau yang akan didapat kemudian. Menurut David Ting (penggagas teori otak tengah), Otak tegah memiliki tipikal fokus yang biasanya terbentuk lewat praktik kekuatan daya pendengaran, visualisasi. Sehingga secara umum otak tengah bersifat Fokus.



Dalam dunia penulisan, penulis awal mula harus melewati peta fokus ini. Fakus dalam artian bagaimana seorang penulis dapat memetakan arah tema yang akan dituliskan. Misalnya mau menulis tentang tema pendidikan moral bagi anak didik, berarti penulis harus mengarahkan fokusnya pada tema itu. Fokus ini sangat mendukung penulis saat mengembangkan pikiran utama dalam tulisan. Kan nggak lucu jika penulis ingin fokus di dunia pendidikan anak, tapi dalam penulisannya malah masuk ranah dunia kecantikan wanita. Sehingga peta OT ini harus benar-benar diperhatikan agar penjabaran tulisan bisa tepat sasaran.



Peta Oka

Sahabat Smart yang budiman, dalam perkembangannya, Oka (Otak Kanan) menurut Roger Sperry (penerap teori gelombang otak) memiliki ciri khas; intuitif (gagasan sembarang) , sintesis, integrasi, acak, tidak teratur,dan spontan. Pada dasarnya, sadar atau tidak, setiap gerakan kita dimulai oleh kerja otak kanan. Misalkan saat si A masuk ke sebuah toko buku, lalu melihat sebuah buku koleksian terbaru, kira-kira apa yang ada dibenaknya?. Secara spontan dia akan bilang “Wah, ada buku baru nih, wajib beli deh nih…!.” Secara spontan ucapan itu mengalir dari benaknya. inilah yang dikatakan kerja otak kanan. Bagaimana dengan penulisan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun