Mohon tunggu...
Ichsan Fakhruddin
Ichsan Fakhruddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Salam Smart! Fakhrul dien Alumni writers academy (Sekolah-Menulis Online).Mahasiswa The Islamic Call College Tripoli-Libya, Program studi Dakwah dan Peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Jagung Bakar

18 Mei 2011   09:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pukul 5, Sabtu sore, aku dan rekan-rekan sejawatku bertemu di pangkalan terminal, dekat pasar raya Tripoli. Kemudian kami berangkat menuju jantung kota Tripoli. kota yang tak jauh dari tempat kami tinggal ini menjadi gaung refreshing bagi para mahasisa dan juga turis-turis manca negara.

betapa tidak, pemandangan sore itu menambah kesejukan di jiwa. pesisir laut, di situ kami berhenti. menikmati udara sepoi-sepoi yang terkirim dari laut. indahnya persahabatan sore itu. laut tampak riuh sedang ombak bergelombang menyambut kedatangan kapal dagang di Dermaga.

Dermaga itu tampak megah. yah, cukup memeranjat mata tuk bisa lebih dekat menengoknya, menarik hati tuk bisa sampai kepada dermaga itu.

"mas dien, buruan pesan jagung bakar 3 plus kopi, keburu habis loo," Hari menyuruhku lirih.

bukan berarti tidak sopan, karena memang aku yang mengajak Hari dan Dedi menjemput persahabatan kami sore itu.

"Ya 'am ini uangnya.." aku membayar tiga jagung bakar dengan tiga dinar (Rp.21.000,-). kemudian aku mendekat ke tempat Hari dan Dedi mengobrol. Mereka sungguh asyik, sangat menikmati persahabatan.

"Hari, Hedi, beruntung kalian bisa merasakan nikmatnya jagung bakar di pinggir laut. sudah berkali-kali aku ke sini, namun baru sekarang bisa kutemui jagung bakar".

Di sore itu, di pinggir laut itu kami membuat kesepakatan, mengikat persahabatan dengan janji "di setiap sabtu sore kami bakal bertemu di pinggir laut itu, memesan jagung bakar dan kopi.. bukti persahabatan kami." sepertinya sepele, hanya bertemu sekali seminggu. namun bagi kami pertemuan itu memancarkan makna tersendiri, bukan sekadar pertemuan. namun pertemuan tuk berjanji, maju bersama, demi menggapai cita-cita bersama.

Waktu sore semakin tenggelam dan geluduk menggelegar keras, hujan mulai rintik-rintik kecil berjatuhan. sudah waktunya kami berpisah dan sampai bertemu Sabtu depan dalam ikatan persahabatan.

http://www.smartfakhrul.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun