Siapa yang tidak kenal Buya Syafi’I, pemilik nama lengkap Prof. Dr. H. Syafi’I Ma’arif, MA, seorang tokoh nasional, guru besar ilmu sejarah, agamawan (ulama) dan mantan ketua umum PP Muhammadiyah, berasal dari Sumpur Kudus. Kemaren (18 Februari 2013) beliau pulang kampung sebagai tamu undangan Pemerintah Daerah pada perayaan hari jadi Kabupaten Sijunjung yang ke-64.
Beberapa Kru Sijunjung Ekspres mencoba menemui beliau meminta sedikit wejangan untuk generasi muda Kabupaten Sijunjung, “Sijunjung ini adalah negeri yang teramat kaya, banyak orang pintar-pintar dari sijunjung, akan tetapi tidak diberdayakan. Untuk itu kalian sebagai estafet dan penerus kami kelak, belajar lah yang rajin, ilmu itu dituntut dan dicari, tidak ada orang yang berhasil karena bermalas-malasan”. Ujar mantan anggota komite etik KPK ini.
Benar apa yang dikatakan buya, semua ada di sinjunjung, ilmuwan ada, politikus banyak, dokter banyak, akademisi melimpah, akan tetapi kenapa sinjunjung masih terbelakang seperti ini? Dalam hal kualitas pendidikan, Sijunjung bahkan masih tertinggal dibandingkan dharmasraya dan mentawai yang baru saja berdiri. Ironis memang ketika Sumber Daya Alam (SDA) melimpah, Sumber Daya Manusia (SDM) mencukupi, akan tetapi sijunjung masih terbelakang.
“Saya sangat rindu, sebelum saya menutup mata untuk kali yang terakhir, hendaknya sudah mulai terbayang tanda-tanda sebuah Indonesia yang berkeadilan, bermartabat dan kompak “ tambah buya.
Di umurnya yang tidak muda lagi, tepat pada 31 Mei 2013 mendatang umur beliau genap 76 tahun, tapi buya masih sempat-sempatnya memikirkan Negara ini, tak salah jika beliau dinobatkan sebagai “guru bangsa”, Buya Syafi’I Ma’arif sekarang bukan saja milik Sijunjung, akan tetapi milik bangsa Indonesia.
Pemilik gelar Master Ilmu Sejarah dari Departemen Sejarah Ohio State Universitas, Ameria Serikat (1982) dan Doktor Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat dari Universitas Chicago, Amerika Serikat (1983), ini juga tak pernah terlihat merasa letih menyampaikan ide-ide dan gagasan-gagasan baru tentang berbagai masalah serta memublikasikan dan mendiskusikannya dengan khalayak ramai (publik).
Kita berharap, dari rahim Ranah Lansek Manih ini akan terlahir Buya-buya baru yang kelak seperti Buya Syafi’I Ma’arif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H