PADA hakikatnya pemimpin sejati adalah pemimpin yang dapat menyiapkan pemimpin-pemimpin penggantinya di masa yang akan datang. Mau tidak mau, suka tidak suka tampuk kepemimpinan dimanapun itu, baik itu di dalam birokrasi, pemerintahan, partai politik maupun kepemimpinan perusahaan haruslah ada yang meneruskan dan menggantikan. Tongkat estafet kepemimpinan secara alamiah haruslah ada regenerasi dan penyegaran, agar suatu entitas berjalan secara sustainable.
Selain itu, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memberikan kepercayan, jalan dan kesempatan kepada anak buahnya untuk berkarya, berkreasi dan berinovasi, sehingga anak buah yang dipimpin akan maju dan berkembang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Tentunya tidak serta merta memberikan kepercayaan kepada sembarang orang, seorang pemimpin pasti mempunyai "intuisi" tertentu dalam memberikan suatu kepercayaan.
Bagi seorang pemimpin, selain mempersiapkan penggantinya juga mencetak pemimpin-pemimpin baru yang hebat, bahkan bisa lebih hebat dari dirinya. Itu "mungkin" menjadi kepuasan tersendiri bagi seorang pemimpin, melihat anak buahnya atau generasi selanjutnya bisa menggantikannya atau menjadi suatu pemimpin di suatu entitas lain yang lebih besar.
Dalam konteks ini saya ingin mengaitkan kepemimpinan Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono yang mempunyai "intuisi" yang sangat baik dalam memberikan kepercayaan, jalan dan kesempatan bagi para anak buahnya untuk berkarya, berkreasi, berinovasi, dan berkembang sesuai dengan integritas, akseptabilitas, dan kapasitasnya.
Sehingga karya-karya para anak buah SBY tersebut masih bisa dirasakan hingga saat ini. Serta kontribusi para mantan orang kepercayaan SBY ini kepada bangsa dan negara masih bisa kita lihat dan rasakan,
bahkan kontribusi kepada warga dunia.
Sang Jenderal pemikir ini (SBY) selain sebagai ahli strategi, saya rasa beliau memiliki suatu sensitivitas yang tinggi dalam menilai potensi seseorang, untuk berkembang dengan integritas, akseptabilitas, dan kapasitasnya masing-masing, sehingga dapat memilih orang yang menghasilkan prestasi. Memang tidak semua, tapi setidaknya banyak yang berhasil berkarya dan bekerja nyata. Setelah itu dapat berkontribusi kepada hal yang lebih besar selepas mengemban amanah yang dipercayai oleh Presiden SBY.
Keberhasilan seseorang yang berprestasi tersebut bukan hanya faktor SBY, tetapi setidaknya para anak buah yang dipilih ini dapat memanfaatkan jalan, kesempatan dan kepercayaan SBY dengan baik dalam mengemban amanah sehingga mereka bisa menunjukan kepada SBY karya-karya mereka yang berimplikasi pada keberhasilan mereka sendiri, keberhasilan pemerintah dan utamanya kinerja mereka berdampak baik bagi publik, mereka berhasil mendapatkan public trust.
Selain mendapat apresiasi publik, hal ini juga menjadi perhatian khusus dunia internasional, yang implikasinya orang-orang ini bisa mendapatkan jabatan dan posisi penting di lembaga-lembaga internasional tersebut, tentunya ini menjadi suatu kebanggaan dan kehormatan tersendiri bagi Indonesia, khususnya bagi "mantan atasan" yaitu Presiden SBY.
Saya tadi sebutkan diatas "mungkin" menjadi kepuasan tersendiri bagi seorang SBY, melihat anak buahnya atau generasi selanjutnya bisa menggantikannya atau menjadi suatu pemimpin di suatu entitas lain yang lebih besar, dan berdampak dan bermanfaat lebih besar.
Pada konteks ini yang dibicarakan adalah para menteri-menteri SBY yang pernah dan hingga saat ini mempunyai jabatan penting dan bergengsi (prestigious) di lembaga Internasional. Misalnya :
- Mantan Menteri Perdagangan (2004-2011) yang juga pernah menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-2014) Marie Elka Pangestu dipercaya sebagai Managing Director, Development Policy and Partnerships for the World Bank (2020-Sekarang).
- Mantan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas (2004-2005) yang juga Menteri Keuangan (2005-2009) Sri Mulyani Indrawati dipercaya menjadi Managing Director and Chief Operating Officer of the World Bank (2010-2016).
- Mantan Menteri Luar Negeri (2009-2014) Marty Natalegawa, dipercaya sebagai Member of the United Nations Secretary-General's High-Level Advisory Board of Meditation (2017-Sekarang).
- Mantan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas (2009-2014) yang juga dosen Universitas Padjadjaran Armida Salsiah Alisjahbana, dipercaya Sekjen PBB sebagai Executive Secretary of the United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP) (2018-Sekarang).
- Mantan Wakil Menteri Perhubungan (2010-2014) Bambang Susantono dipercaya menjadi Vice President Knowledge Management and Sustainable Development of the Asian Development Bank (ADB) (2015-Sekarang).
Selain nama-nama diatas, masih banyak lagi para menteri, mantan staf, dan anak buah SBY yang berhasil di bidangnya. Hingga saat ini orang-orang yang pernah membantu SBY di pemerintahan banyak yang masih berkontribusi kepada masyarakat, baik didalam maupun di luar negeri. SBY berhasil menjadi talent scouting untuk para anak buahnya menjadi berkembang dan maju sesuai integritas, akseptabilitas, dan kapasitasnya, setidaknya memberikan kesempatan bagi mereka berkarya, sehingga berdampak positif bagi bangsa dan negara, serta menarik perhatian dunia internasional.
Belum lagi beberapa kepala daerah yang dicalonkan oleh SBY melalui Partai Demokrat yang berprestasi, berhasil membangun dan memajukan daerahnya serta dipercaya kembali untuk memimpin daerahnya, bahkan ada yang berkontribusi juga di pemerintahan pusat. Disitu kita melihat "kepekaan" atau "intuisi" SBY dalam menjadi talent scouting yang sangat baik dan harus terus dilanjutkan.
Berbicara partai demokrat, kita mendengar bahwa pada tahun ini akan diselenggarakan kongres Partai Demokrat untuk pemilihan ketua umum. Seperti kita ketahui, saat ini SBY masih menjadi ketua umum Partai Demokrat pasca kongres luar biasa 2013 silam.
Mengaitkannya dengan tulisan diatas, saya meyakini akan adanya regenerasi di tubuh partai demokrat, selain itu saya pun meyakini "intuisi" SBY dalam mempersiapkan orang-orang yang potensial masih sangat tajam, untuk mempersiapkan pimpinan Partai Demokrat di masa yang akan datang.
Kita juga mendengar bahwa Pak SBY dalam beberapa pernyataanya mengisyaratkan akan perlahan-lahan meninggalkan dunia politik dan akan fokus pada masalah-masalah kebangsaan yang strategis, saya melihatnya beliau akan menjadi sosok guru bangsa dan negarawan yang memberikan pandangan-pandangan yang menduhkan dan konstruktif.
Pertanyaanya adalah siapa yang akan beliau persiapkan? Tentunya bukan hanya disiapkan tapi mempersiapkan dirinya sendiri, juga orang tersebut mampu memimpin partai demokrat kedepannya, serta mempunyai kontribusi nyata pada partai demokrat pada pemilu 2019 yang lalu.
Merujuk hasil temuan litbang kompas, Mei 2017 sekitar 50% pemilih Partai Demokrat didominasi oleh kaum pemilih muda, ini menjadi indikator bahwa kondisi saat ini Partai Demokrat membutuhkan sosok pemimpin muda. Bukan hanya muda, tetapi mepunyai integritas dan kemampuan untuk memimpin Partai Ddemokrat.
Ini menurut saya momentum yang sangat baik bagi partai demokrat untuk melakukan regenerasi dimana partai lain belum banyak melakukannya, khususnya dalam konteks pergantian kekuasaan ketua umum.
Bisa dipastikan Bapak SBY tidak menutup mata akan hal ini, ditambah "intuisi" beliau yang sangat tajam, pasti pemimpin partai demokrat kedepan adalah orang yang pas dan mampu membawa Demokrat kembali ke era kejayaannya. Selanjutnya hal yang terpenting adalah selain pengganti ketua umum, sosok ini pastinya juga diprediksi akan mempersiapkan diri untuk menjadi calon Presiden Republik Indonesia, meneruskan Pak SBY yang pernah menjadi Presiden.
Seperti hal yang disebut tadi, itu semua salah satunya bergantung pada "intuisi" SBY sekaligus apakah Partai Demokrat dapat memanfaatkan momentum disaat 50% konstituenya adalah para pemilih muda. Kita dapat melihatnya nanti mengenai "intuisi" SBY sebagai pemimpin.
Ini semua tentang ketajaman "intuisi" SBY yang rasional, dalam mempersiapkan, memberi jalan, dan kesempatan pada anak buahnya, khususnya para generasi muda untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Bukan hanya di lingkup pemerintahan, tetapi partai politik, juga yang terpenting bagi generasi penerus bangsa Indonesia ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H