Mohon tunggu...
Fakhrizain Nahla Nurfitrian
Fakhrizain Nahla Nurfitrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Biologi Universitas Diponegoro Angkatan 2020

Topik yang akan saya bawakan berkaitan dengan pendidikan dan lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Taman Toga untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Desa Taji Seputar Tanaman Obat

9 Agustus 2023   21:21 Diperbarui: 9 Agustus 2023   21:29 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Toga sudah tidak asing lagi di telinga kita. Taman yang berisikan segala jenis tanaman obat-obatan ini biasanya ada hampir di setiap lingkungan RT atau desa. Namun bagaimana jadinya jika taman toga dipadukan dengan digitalisasi teknologi?

Mahasiswa KKN Undip serta ibu-ibu PKK Desa Taji bekerja sama untuk membuat Taman Toga digital. Hal ini dilatarbelakangi karena tanaman obat di Desa Taji tersebar luas, sehingga dibutuhkan "sentralisasi tanaman" serta kurangnya pengetahuan masyarakat terkait detail dari setiap tanaman obat, terutama pemanfaatannya dalam bidang pengobatan. Taman Toga tersebut dibuat di halaman Kantor Desa Taji.

Pekerjaan dimulai dengan pengumpulan bibit-bibit taman toga seperti Brotowali, Lengkuas, Jahe, dan Kunyit. Ketiga bibit tersebut dikumpulkan di kantor desa, seminggu sebelum pembuatan taman toga. Selama masa penyimpanan, ketiga bibit tersebut terus dijaga agar tetap lembab dengan menyiramnya setiap hari dan melindunginya dari sinar matahari menggunakan terpal berukuran kecil.

Pada saat hari pelaksanaan kerja bakti pembuatan taman toga digital, tepatnya 4 Agustus 2023, ibu-ibu PKK dengan kompak membawa tambahan bibit tanaman obat seperti Daun Mint, kencur, kunyit putih, serta peralatan untuk berkebun. Bibit-bibit tanaman tersebut disimpan pada tempat yang teduh sembari dikelompokkan sesuai jenisnya, kemudian barulah kerja bakti dimulai.

Sejumlah sembilan petak tanah yang ada di Kantor desa dibersihkan terlebih dahulu dari sampah-sampah serta material asing seperti genteng dan keramik. Setelah itu, tanah kompos ditambahkan ke setiap petak yang ada, lalu disiram dengan air hingga tanahnya gembur. Kemudian setelah setiap petak siap, penanaman dimulai dengan mengelompokkan jenis tanaman per petak.

Agar masyarakat dapat mengenali tanaman apa saja yang ditanam, setiap petak diberikan penanda identitas tanaman  berupa barcode. Barcode yang discan dengan smartphone, akan memunculkan beberapa informasi penting terkait tanaman-tanamam obat tersebut, seperti klasifikasi tanaman, karakteristik tanaman, habitat dan sebaran tanaman, khasiat tanaman, serta segala zat kimia yang terkandung dalam tanaman terkait.

Penggunaan barcode ini dimaksudkan agar menarik minat masyarakat untuk membaca terkait pengetahuan soal tanaman obat serta memudahkan dalam pembacaannya, karena masyarakat tidak perlu membaca secara bergantian dan link file barcode dapat disimpan, sehingga bisa dibaca kapanpun dan dimanapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun