Rumah lama sudah rubuh. Bahkan pondasinyapun kini hilang. Entah kemana perginya rasa sayang. Tak tahu dimana janji itu. Â Namun tanggung jawab pada amanah dari pemberi hidup tetap harus dijalankan, setidaknya sampai zaky dewasa nanti.
Ada yang bilang anak adalah pengikat, ternyata tidak (selalu begitu). Saat amarah sudah memuncak, hilang semua akal sehat. Ketika prasangka jadi raja, tak ada lagi kata seiya. Anak adalah tanggung jawab, komitmen dan rasa sayang. Suami/istri bisa bergelar mantan, tapi anak tidak. Ia/mereka akan lekat selamanya. Sampai tak ada lagi napas, sampai jiwa lepas.
Lebih empat bulan berlalu. Masa sulit seorang ayah yang terpisah dari anak lelaki kebanggaan. Mimpi mendidik seperti buyar. Keinginan bersama kini harus ditahan. Tapi seorang ayah takkan menyerah. Meski ujian ini tak tahu kapan bertemu ujung.
Kapok bangun rumah lagi? Entahlah. Waktu untuk sendiri seperti harus ditambah. Apa yang dicari? Alasan kuat untuk membangun pondasi baru. Sampai kapan? Tidak ada target untuk rasa. Tidak boleh lagi ada paksa. Biar saja ia ada. Ini menurut saya. Tidak setuju? Tidak mengapa. Optimis? Tetap! Semangat? PASTI :-D
Penerbangan Maros - Sidoarjo, 8 Mei 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H