Mohon tunggu...
Fakhriyah Khoirun Nisa
Fakhriyah Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pengarang

Saat ini tengah menempuh pendidikan di SMAN 1 Bekasi. Hobi menulis karya fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Islami Inspiratif Mala Nirsukma

5 Januari 2024   22:48 Diperbarui: 5 Januari 2024   22:58 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hasan hanya mampu menghela napas panjang. Ia tidak bisa lagi berkata-kata jika Mala sudah membicarakan almarhum ayahnya. Kata-kata semangat rasanya sudah habis ia ucapkan.

"Pas Mala SD Ayah pernah cerita katanya tahun 2007 Ayah ditempatkan kerja di Kalimantan. Di sana beliau diminta untuk memperbaiki sistem komputer gitu di rumah sakit di sana. Ternyata pekerjaannya selesai lebih cepat dari yang seharusnya, jadi ayah sempet jalan-jalan sebentar di Kalimantan. Nah, pas lagi di perjalanan beliau nggak sengaja lewatin panti asuhan malam-malam. Katanya di halaman itu banyak anak-anak lagi main, tapi nggak ada cahaya sama sekali selain dari bintang dan bulan di langit."

Hasan begitu penasaran dengan cerita ini karena belum pernah mendengar sebelumnya. "Terus?"

Mala melanjutkan ceritanya. "Terus Ayah bilang kalau persebaran listrik di sana, tuh belum merata dan pada saat itu beliau bilang ingin membuat sebuah platform online yang aman, bebas dari penipuan, dan bisa digunakan untuk berdonasi oleh siapa pun, kapan pun, di mana pun. Jadi, kita bisa dengan mudah membantu orang lain yang membutuhkan. Tidak ada lagi yang menjadi penghalang. Sayangnya, belum sempat cita-citanya terwujud, Allah sudah sangat merindukan Ayah. Beberapa bulan setelahnya, Ayah meninggal."

Kirana mengelus lembut puncak kepala Mala seraya berkata, "Mala anak baik. Jujur, Tante baru tau cerita ini dari kamu, loh. Tante yang adiknya ayah kamu aja nggak pernah diceritain soal cita-citanya yang luar biasa ini."

"Meskipun Ayah nggak bisa wujudin cita-citanya, Mala yakin Mala bisa. Ini juga sekarang udah jadi cita-cita Mala dan Mala akan memperjuangkannya," ucapnya sungguh-sungguh.

"Sejujurnya Tante sama Om ngajak kamu ke sini sepagi ini, tuh cuman karena ... karena Pia ngabarin kalau kamu habis dirundung sama temanmu cukup parah. Kami takut kamu kenapa-kenapa." Kirana menatapnya sendu.

Hasan dan Kirana merasa sangat bahagia melihat keponakan satu-satunya sangat semangat untuk meraih cita-cita. Mereka melanjutkan perbincangan sambil makan berbagai camilan yang ada. Begitulah rutinitas akhir pekan mereka bertiga. Menikmati akhir pekan di rumah yang penuh kedamaian juga kehangatan sampai-sampai agaknya kebencian dan segala perasaan negatif lainnya pun takut memasuki rumah ini.

oOo

"Makasih ya, Pia udah mau nemenin aku ke makam Ayah," ujarnya sambil tersenyum tulus.

"Sama-sama, Mala. Pokoknya kamu kalau ada apa-apa harus cerita sama aku. Jangan dipendam sendiri. Oke?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun