NGAJI DIRI #1
SWEET 17TH ANNIVERSARY
Masih berstatus sebagai mahasiswa, aku beranikan diri meminta sesi "Family Roundtable" sama Bapak dan Ibu. Intinya, aku ingin mengajukan proposal untuk menikahi seorang gadis pujaan yang telah beberapa tahun berkolaborasi memecahkan enigma hati.
Aku masih ingat word of wisdom dari bapak tentang "waktu ijabah". Salah satu waktu dikabulkan doa berdasarkan tuntunan Rasulullah adalah berdoa diantara dua khutbah Jumat. Begitu yakin terhadap wisdom itu, aku ikhtiarkan sejak kelas 2 SMA untuk melangitkan doa yang sama " Ya Allah, tunjukkan siapa wanita istimewa yang nantinya menjadi pendamping hidupku".
Walhasil, sambil memerankan peran sebagai instruktur ekskul PMR sebagai peer educator alias pelatih remaja sebaya, aku merangkul para anggota, menyusun sesi diskusi untuk mereka berbagi cerita mengenai titik-titik kelam dalam hidup mereka yang bikin "bug eyes" banget.
Di sudut kelompok remaja itu, terselip satu anak SMA perempuan yang menarik diri ini lebih dalam untuk memecahkan kasus hidupnya. Kasus seru yang sepertinya hanya ada di sinetron atau film seri, rupanya secara nyata terjadi dalam kehidupannya.
Tidak pernah muncul rasa suka, apalagi ingin menjadikannya pasangan berbagi galau di masa remaja. Â Dia hanya sosok istimewa yang aku kagumi karena tegar berdiri di atas kompleksitas hidup yang dia miliki.
Lama-lama, yang muncul adalah perasaan tidak ingin kehilangan, karena ada rencana untuknya kuliah di Aceh, tanah kelahiran ayahnya, terlebih sudah ada seseorang pemuda Aceh yang akan diperkenalkan. Hingga akhirnya terjadilah momen itu, Â dimana orang tuanya mempertanyakan apakah aku serius kepadanya? Â Bahkan diultimatum diberi waktu 2 minggu untuk memutuskannya, jika tidak, dia akan pindah ke Aceh.
Alhamdulillah, "Family Roundtable" berjalan baik dan dengan berbagai pertimbangan, Ibu dan Bapak menyetujui proposal lamaran itu dengan segala kekurangan yang masih aku miliki.
Selang sekitar 1 bulan, tepatnya tanggal 7 Mei 2006, setelah sebelumnya prosesi lamaran dilakukan, aku akadkan janji suci bersamanya 17 tahun silam. Hingga akhirnya berhasil mengisi ruang hati untuk berbagi kehidupan, dan menginisiasi ikhtiar hadirnya 4 kehidupan putra/I kami.