Mohon tunggu...
Fakhri Mubarok
Fakhri Mubarok Mohon Tunggu... Guru - Guru

Dosen Sekolah Dasar di Kota Bogor yang bercita-cita menjadi guru. Sekedar berbagi kegemaran untuk kemajuan pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Labirin Liburan Lebaran

21 April 2023   05:49 Diperbarui: 21 April 2023   05:51 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Nuansa lebaran sudah kental terasa semenjak pertengahan bulan Ramadan dengan semakin majunya shaf-shaf shalat, maju dalam artian sebenarnya alias banyak ditinggalkan karena berbagai hal dan urusan, makin ramainya iklan-iklan biskuit lebaran, penampakan THR yang lebih prioritas dari penampakan hilal, serta tak lupa libur panjang yang dapat dimaksimalkan untuk aneka ragam aktivitas.

Bagi orang Indonesia, lebaran bukan hanya identik dengan jabat tangan saling memaafkan, melainkan juga memperbaharui pakaian, menyiapkan aneka kue dan makanan, tukar uang baru untuk THR anak keponakan, beli bunga untuk ditabur di kuburan, dan mudik bersama keluaga ke kampung halaman.

Bagi sivitas lembaga pendidikan, lebaran sudah jauh-jauh hari dirancang sebagai pengobat penat, escape chronicle dari aktivitas padat, menunda administrasi yang sering tersendat, atau rehat dari kegiatan yang mengundang kumatnya asam urat. Lebaran adalah waktu keramat untuk merefresh isi kepala dengan bayang-bayang situasi dan kondisi yang super nikmat.

Liburan lebaran tentu menjadi kesempatan untuk mengunjungi sanak keluarga yang mungkin tidak reguler mengisi jadwal kunjungan harian kita. Memilih moda transportasi mulai dari darat, laut, dan udara tidak lagi masalah karena rindu yang menggebu seringkali mengalahkan ruang dan waktu. Rindu aroma pantai atau pesawahan, rindu pada aneka olahan, rindu pada kondisi awkward karena saling membanding-bandingkan, namun tetap berakhir dengan pelukan.

Tapi hati-hati, disamping berbagai keseruan yang sangat jarang dirasakan, liburan lebaran juga memiliki side effect yang tidak kalah mengganggu target mencerdaskan kehidupan bangsa. Liburan lebaran bisa saja menjadi labirin yang menyulitkan kita keluar dari perangkap tahunan tersebut.

Alasan pertama, disamping menyenangkan, aktivitas liburan lebaran juga potensial melelahkan, karena jarak tempuh yang relatif lebih jauh, aktivitas sosial yang padat yang bisa saja menguras energi, fisik dan kesehatan kita, termasuk dua penyakit khas lebaran yaitu sakit perut dan sakit gigi.

Alasan kedua, setelah libur lebaran, siswa dan guru mungkin merasa sulit untuk kembali ke rutinitas sekolah karena telah terbiasa dengan liburan panjang. Selain itu, mereka juga harus menyesuaikan kembali dengan jadwal pelajaran dan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Karena itu, mereka mungkin perlu waktu untuk mengembalikan fokus dan motivasi akademik mereka setelah merayakan hari kemenangan. Tidak jarang akhirnya siswa atau guru kebablasan liburan sampai melewati batas tanggal yang ditetapkan.

Alasan terakhir, liburan lebaran dapat jadi labirin sehubungan dengan skala prioritas pengeluaran keuangan yang terkadang perlu kembali dilakukan penyesuaian setelah menempati pos-pos di luar rencana.

Namun bagaimanapun juga, liburan lebaran layak untuk dinikmati sebagai sebuah anugerah Allah atas perjuangan 1 bulan Ramadan. Jangan lupa untuk jadikan Syawal menjadi Ramadan kedua agar amaliah kita terus konsisten setahun penuh tanpa jeda.

Selamat Idul Fitri 1444 H, selamat liburan lebaran, semoga Allah menerima amaliah Ramadan kita dan menyematkan kita gelar muttaqin, serta mempertemukan kita dengan Ramadan tahun berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun