Mohon tunggu...
Fakhri Mubarok
Fakhri Mubarok Mohon Tunggu... Guru - Guru

Dosen Sekolah Dasar di Kota Bogor yang bercita-cita menjadi guru. Sekedar berbagi kegemaran untuk kemajuan pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Shazfa Azalea Almahyra (Part 1)

21 November 2022   11:04 Diperbarui: 21 November 2022   12:30 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zahra sudah menamatkan beberapa sketsa minim beban dalam hidupnya, artinya putri kecil kami sudah memiliki identitas yang semakin pekat sebagai anak kecil yang berkembang. Satu tahun jelang soft launching-nya sebagai siswa playgroup, Zahra banyak melakukan eksperimen untuk mempersolid perannya selaku peniru yang baik, termasuk mengajukan proposal kecil sepulang studi bandingnya ke rumah saudara, "aku pengen punya dede bayi kayak itu!" ... Aah Zahra. Honeymoon jilid 2 ... I'm coming!

Setelah menyepakati beberapa stategi lintas sektor, kami pun melakukan undercover expedition dengan target peningkatan kuantitas sumber daya manusia di rumah mungil kami. Hasilnya ... NEGATIF, kenapa ya? Oo mungkin karena istriku masih mengkonsumsi pil "anti dede" alias pil KB belum lama ini. Ya sudah, dengan niat yang makin mengental, ekspedisi kami lanjutkan sampai sinyalemen yang ada dalam lagu "Burung Kakatua" terwujud ... Tekdung ... tekdung ... tekdung lalalaaa ... hamil ya keduaaaaa Alhamdulillah ... Tekdung juga.

Tahap selanjutnya, tentu saja menjadikan diri kami menjadi pasutri yang outward looking---Berwawasan luas dan terbuka terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi, mulai dari mencari referensi di internet tentang kehamilan yang baik, sampai melakukan transaksi harmonis dengan Allah via do'a-doa kami. Analoginya sih jangan sampai istriku kayak Lightning McQueen-nya Cars I yang pengen menang di balapan Piston Cup, tapi harus terdampar dulu di Radiator Spring dengan segala masalahnya, atau minimal mengurangi noise-noise yang pernah muncul saat hamil pertama dulu. Meskipun merupakan kehamilan kedua, tetap saja the real picture of pregnancy ya bawaannya was-was.

Waktu hamil pertama, banyak hal yang serba "jangan" dan serba "takut". Tapi Naomi Susan menyadarkanku dengan artikel tentang buku best seller-nya "BE NEGATIVE". Jangan takut berpikir negatif. Rumusnya adalah negatif + negatif = positif, atau jangan + takut = jangan takut. Berkat artikel itu kami mencoba mengoptimalkan keterbatasan kami dengan memaksakan sedikit keberanian. Kalau dulu tidak boleh minum minuman bersoda, sekarang ... boleh deh dikit. Dulu pantang makan nanas, sekarang ... kayak lagunya Sherina Munaf -- Gorogotan.

Hamil tanpa ngidam itu bagai lebaran tanpa THR. Kali ini istriku memenuhi indera penglihatannya dengan atribut air mata sambil melontarkan keinginan melalui communicative sphere-nya yaitu pengen "pepes ikan" bikinan anaknya nenek yang ngelahirin dia (dibaca : Mama). Sayangnya, berdasarkan photo satelit keluaran NASA, mama masih ada di Aceh. Wah, bakalan jadi pepes ikan termahal sedunia nih seharga Rp 1.515.000,- ... pepes ikannya 15 ribu, ongkos pulang pergi mama 1,5 juta ... hehehe. Untung mama mau, thanks a lot ya ma.

Bulan ketujuh kehamilan, ukuran perutku masih unggul. Tapi seolah penghuni rahim itu selalu menyampaikan kondisi sehatnya melalui direct message yang dia berikan, seperti surplus konsisten berat badan sampai tendangan tanpa bayangan yang bisa teraba di permukaan kulit perut, salah satu kenikmatan yang gak bakal dialami bapak-bapak. Hitung-hitung dapat tontonan 3 dimensi gratis, pokoknya eye catching banget deh. "Awas kalau udah gede kayak gitu !" (eta abi ...).

Usia kehamilan senja nih, 8 bulan. Berat juga ya bawa "tas ransel" di perut. Akhirnya kami putuskan untuk relokasi kamar ke lantai bawah, terlebih lagi pada bulan ini Allah memberikan double dare, yaitu istriku tervonis kena penyakit tifus yang memaksanya totally bed rest yang kemungkinan akibat ketularan aku dan Zahra yang jadi suspect penyakit yang sama sebulan sebelumnya. Tantangan kedua adalah sang janin yang jalan-jalannya kejauhan, sehingga merubah comfort zone kepala yang tadinya di bawah jadi berotasi ke arah yang berlawanan, bahasa alay-nya sih "5un654n6", yang mengakibatkan istilah sungsang itu menjadi trending topic yang terus dicari solusinya, mulai dari pembiasaan posisi sujud, naik turun tangga, sampai muncul opsi ekstrim seperti memutar paksa janin di one stop healthy care-nya "mabeurang"... serreem. Abi tuh walau "raga binaraga tapi hati hello kitty", gak banget deh sama opsi yang terakhir. Yup, akhirnya kami diskusikan alternatif lain, termasuk operasi caessar seperti yang ditawarkan oleh bidan dan dokter rumah bersalin yang pernah kami minta jasanya.

Kehabisan waktu. bulan ke-9 ini janin masih konsisten pada posisi salah arahnya. Beruntung istriku sudah pulih dari tifus-nya, tapi kami harus cepat mengambil keputusan dalam situasi sulit ini. Setelah konsultasi dengan orang-orang penting dalam kehidupan kami, kami akhirnya sadar bahwa final decision pastinya berada di tangan istriku yang akan menghadapi persalinan. Keputusannya cukup mengagetkan, istriku memilih proses kelahiran normal dengan alasan tidak ingin menanggung resiko akibat operasi caessar. Ya udah, bismillah aja, mudah-mudahan ibu dan bayi selamat. Kami pun mencari bidan yang lebih sabar dan ... KETEMU. Lahir lancar ya nak. Jangan khawatir, abi-mu cukup enak dipandang kok.

Hari penentuan, kami terus saling menguatkan. You'll never walk alone darling. Dibantu 2 bidan super hebat, aku menjadi saksi pertaruhan hidup mati yang diawali keluarnya kaki kiri anak kedua kami mengiringi nafas panjang, dorongan kuat, urat yang menegang, serta keluarnya keringat dan darah ibunya. Semua itu terus menyadarkanku akan beratnya perjuangan seorang ibu, love u mom, love u babe. Alhamdulillah, akhirnya anak kedua kami lahir selamat, sehat, imut, dan bule kayak kakaknya. Begitu juga ibunya, selamat bahkan tanpa jahitan. Tanpa melupakan sujud syukur, adzan dan iqomah, kami memastikan jenis kelamin anak kedua kami. Anak pertama perempuan, anak kedua ... cewek.

Shazfa Azalea Almahyra, itulah nama yang kami berikan. Lahir 16 juni 2010, berat 3,8 kg, tinggi 50 cm, sempurna. Selamat datang di dunia nak, kami berjanji akan terus mengasuhmu mengenal Allah dan Rasul-Nya. Kami juga akan selalu menjunjung tinggi asas kesetaraan kasih sayang bagimu dan kakak. Semoga kehidupanmu akan dipenuhi rahmat dan ridho Allah.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun