Mohon tunggu...
Fakhri Mubarok
Fakhri Mubarok Mohon Tunggu... Guru - Guru

Dosen Sekolah Dasar di Kota Bogor yang bercita-cita menjadi guru. Sekedar berbagi kegemaran untuk kemajuan pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aqeela Zahra Falisha (Part 1)

21 November 2022   09:18 Diperbarui: 21 November 2022   09:58 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sangka, bulan demi bulan penuh harap akhirnya berlabuh pada suatu kepastian, "istriku hamil!" Entah harus percaya atau tidak, karena harapan itu diawali oleh double line samar pada urine deep observation melalui testpack seharga goceng ... Baru kali itu goceng begitu berarti. Memang perlu waktu sekitar satu jam dikali dua dibagi empat untuk meyakinkannya bahwa dia benar-benar hamil, sampai akhirnya titel prestisiusku sebagai suami SIAGA mesti dipertanggung jawabkan dengan mengantarnya ke bidan desa terdekat. Walhasil setelah menimbang dan memperhatikan, akhirnya diputuskan bahwa memang dia sudah berbadan dua sehingga sudah harus memberikan "umpan lambung" dengan makanan yang bergizi. Guess what?Aku yang memaksa dia melakukan test urine kali itu setelah malam sebelumnya diberitahu oleh blegedeg makhluk yang mengaku qorin almarhumah adik angkat tercinta yang mengatakan sudah ada kehidupan dalam perut istriku.

Perawakan yang agak tinggi memang membuatnya tidak menunjukkan desain perut hamil secara kasat mata, tapi bulan demi bulan itu meyakinkan kami bahwa kami akan dianugerahi anak kembar, selain karena punya gen keturunan kembar, juga dengan ditemukannya dua detak jantung di tempat berbeda.

Anak pertama mau apa? Laki-laki atau perempuan?, jawabannya LAKI, yang akhirnya memaksa kami meluncur dengan istri pertamaku (suzuki smash keluaran 2005) menuju USG pertama kami ("dia" maksudnya). Dengan presentasi hasil ultrasonografi, begitu meyakinkan sang ahli bergelar dokter itu mengatakan bahwa anak pertama kami TUNGGAL (tidak kembar) dan berkelamin LAKI. Adanya dua detak jantung dikarenakan alat yang digunakan sangat sensitif.

Ngidam? Pastinya, mulai dari yang standar seperti minta tempe bandung yang "kudu" dibeli di Ciawi, sampai pada permintaan dipetikin belimbing di rumah orang yang dulu waktu smp pernah dia lewati diantara perbatasan Bogor-Sukabumi ... zzz dimana coba.

Sekitar bulan kedelapan, heran deh, tapinya pengen LAKI, tapi senengnya beli baju warna pink, ditambah ada peristiwa relijius yang terjadi saat eyang putri (my mom) sedang umroh. Saat di Hotel katanya ada anak perempuan arab kriting menghampiri, langsung akrab, bahkan sampai tidur di kamar Hotel sampai akhirnya dikembalikan ke ibunya. Saat itu langsung ingat istriku yang lagi hamil dan berasumsi "mungkin anaknya bakal perempuan" ... insting arwah jadi muncul ... PENASARAN. Ya udah akhirnya kuputuskan untuk USG lagi di tempat yang berbeda dengan nama alat yang sama dan diperiksa oleh ahli yang juga bergelar dokter. Hasilnya, "anak anda ... PEREMPUAN." Subhanallah, Allahku Maha Keren.

Mulai deh kami melakukan ekspedisi ke toko buku untuk mencari nama bagi anak kami, tentunya dua nama ... perempuan dan LAKI. Selain itu juga sudah mulai membeli perlengkapan bayi dengan warna yang lebih netral biar gk salah kostum nantinya. Pulangnya, nonton lomba PMR garapan PMR Unit SMANSA Bogor di Balaikota, tentunya untuk mendukung tim kesayangan PMR MAN 2 Bogor. Pulangnya kami putuskan istirahat.

Kami mulai deg-deg ser ... karena usia kandungan sudah lebih dari 10 bulan tapi belum ada tanda-tanda mau keluar, sampai sore harinya ... "Bi, perutnya sakit" ... dan makin tak tertahan. Telpon eyang ... pinjem mobil, dan kami pun berangkat ke rumah bersalin di daerah Bantar Kemang. Memang tuh anak betah kali ya dalam perut, sampai harus di induksi untuk maksa keluar. Berhasil, belum sebotol di infus, pembukaan sudah terus terjadi dan akhirnya kusaksikan momen bersejarah itu, lahirnya calon orang hebat, calon orang penting, calon pejuang Islam, dan tentunya tiket kami masuk surga. Berat 3,5 kg, tinggi 50 cm, rambut bule, hidung sule, cantik ... kayak bapaknya (what?)

Karena usia kandungannya lebih dari 10 bulan, anakku lahir dalam kondisi sudah membiru dan tidak menangis. Setelah dirangsang akhirnya bisa juga batuk dan menangis keras. Counting fingers and toes ... lengkap. Beriring dengan sujud syukurku, kudekap anakku dan langsung ku lantunkan adzan dan iqomah di kedua telinganya.

Tepat tanggal 13 Agustus 2007 bidadariku lahir, gk sih sampai langsung ikutan panjat pinang pas 17-an. AQEELA ZAHRA FALISHA -- Semoga menjadi bunga yang pintar dan bahagia. Selamat datang di dunia nak, angka 13 tidak akan pernah lagi menjadi angka sial karena kami akan bertekad memberimu yang baik, lebih baik, dan terbaik.

Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a'yun, waj'alnaa lil muttaqiena imaama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun