Sebagai orang yang berfokus pada bidang sejarah, saya hanya memiliki otoritas untuk membicarakan pola yang berulang ini terhadap kedua pandemi tersebut dan berupaya mengingatkan kembali peristiwa kelam kesehatan di Hindia-Belanda, yakni pandemi influenza pada 1918 sebagai refleksi masa lalu terhadap pandemi corona 2020.
MENGENAL PANDEMI INFLUENZA 1918
Indonesia, khususnya Pulau Jawa, telah mengenal penyakit influenza dalam berbagai jenisnya sejak pertengahan abad XIX. Meskipun demikian, merebaknya penyakit flu di periode sebelum tahun 1918 masih bersifat lokal.
Dalam artian, penyakit tersebut tidak menyebar lebih luas dari beberapa wilayah tertentu dan hanya melanda komunitas tertentu, sehingga oleh pemerintah kolonial tidak bisa disebut sebagai wabah atau epidemi.
Hal itu sangat berbeda apabila dibandingkan dengan tahun 1918 saat influenza melanda hampir seluruh daerah di Kepulauan Indonesia dan menyebar dengan cepat.
Namun penyakit tersebut tidak begitu saja muncul di Indonesia, meskipun beberapa daerah telah dinyatakan pernah mencatat penyakit flu sebelumnya. Bersamaan dengan serangan influenza ke Indonesia, beberapa bagian dari belahan bumi ini juga dilanda oleh influenza.
Di Indonesia sendiri, yang dikenal sebagai Hindia Belanda saat itu, perhatian terhadap penyakit influenza juga rendah. Banyak pejabat Belanda di Hindia tidak begitu mempedulikan adanya informasi tentang perkembangan penyakit itu
Wabah influenza yang melanda Hindia-Belanda, khususnya yang menyerang di Pulau Jawa yang terdampak paling parah, antara pertengahan tahun 1918 sampai pertengahan tahun 1919 merupakan sebuah fenomena penting dalam sejarah kesehatan negeri ini.
Tingginya jumlah korban baik yang tertular maupun yang meninggal, dan pesatnya penyebaran flu mematikan ini membuktikan bahwa wabah influenza merupakan fenomena internasional dan bukan masalah lokal Hindia Belanda.
Hindia-Belanda merupakan wilayah yang dimasuki oleh wabah ini, melalui kegiatan transportasi perkapalan. Pemerintah pusat Belanda di Den Haag pun mencurahkan perhatian dan kekhawatiran terhadap perkembangan wabah ini di koloni-koloninya, dengan menugaskan Menteri koloni untuk merespon pandemi influenza.
Berulang kali korespondensi antara Menteri Koloni dan Gubernur Jenderal berlangsung untuk membahas langkah-langkah penanganan penyakit ini.