Topik Virus Corona atau COVID-19 terus menjadi perbincangan hangat di level global maupun nasional sejak permulaan tahun 2020. Virus yang mulanya berkembang di Wuhan, China menyebar ke seluruh dunia dan mengusik ketenangan masyarakat global, tidak terkecuali masyarakat Indonesia.
Memang, dalam kurun waktu bulan Januari dan Februari, masyarakat Indonesia bisa tenang sebab belum ada satupun masyarakat Indonesia yang terinfeksi virus corona. Bahkan Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartanto, saja menyikapi virus corona tersebut dengan candaan.Â
Meskipun demikian, kecurigaan terhadap Indonesia pun muncul. WHO bahkan curiga Indonesia kurang teliti deteksi pasien virus corona. Musababnya, bagaimana bisa dari 270 juta masyarakat Indonesia tidak ada satupun yang terinfeksi virus corona?Â
Sedangkan apabila kita melihat negara tetangga sudah banyak warganya yang terinfeksi dan masih adanya jalur penerbangan dari Wuhan ke Indonesia pada awal tahun.Â
Ketika negara lain melakukan pengetatan terhadap turis asing justru Indonesia berupaya melonggarkan hal itu. Seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia, Presiden Joko Widodo mengeluarkan dana 72 M kepada Influencer.Â
Dana itu merupakan bagian dari insentif yang diberikan pemerintah untuk sektor pariwisata demi menangkal dampak 'infeksi' virus corona terhadap ekonomi domestik.
Gayung bersambut, ketenangan masyarakat Indonesia pecah ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan terdapat dua warga negara Indonesia di dalam negeri terjangkit virus Corona.
Hingga tulisan ini keluar (14 Maret 2020), virus corona telah menjangkiti 69 WNI di dalam negeri. Kepanikan pun langsung melanda masyarakat Indonesia, perlengkapan kesehatan seperti masker habis dan harganya pun melonjak drastis.
Pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun 2020 di Indonesia mengingatkan saya terhadap pandemi Influenza yang terjadi pada tahun 1918 di Hindia-Belanda. Memang, sekilas corona dan influenza adalah dua hal yang berbeda.Â
Tentu bukan ranah saya untuk membahas hal itu dari segi sains.