Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Rantau 40

27 April 2022   15:11 Diperbarui: 27 April 2022   15:12 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari Pixabay.com

Pulau Jawa memanggil-manggil si ayah untuk merantau mengadu nasib. Kepergian ayah membuat ia kesepian meskipun tinggal bersama sang kakek dan nenek.

Sampai suatu hari kabar kepergian ayah untuk selama-lamanya ia dengar dari kakek. Jasad ayah dikuburkan di rantau.

Periode 10 Tahun Ketiga; Tak Diizinkan Merantau.

Bujang-bujang kampung tempat ia bermukim menjadikan rantau sebuah keharusan untuk mengubah untung supaya berguna ketika pulang kampung.  

Bagai pepatah "Ka ratau madang di hulu, ba buah ba bungo balun, marantau bujang dahulu, di kampuang baguno balun."

Ia belum bisa merantau karena kakek dan nenek tak mau kehilangan cucu si buah hati seperti mereka kehilangan sang anak, si ayah perantau.

Periode 10 Tahun Keempat; Rantau Asa.

Ia menggoreskan luka ke hati orang-orang yang dicintai. Ia menjadi pribadi terbelah dengan cinta yang melukai. Dan, asa berada di tengah cinta dan luka.

Sebab itu, ia merantau ke empat pulau, menjelajahi gunung-gunung dan memeluk kesunyian. Sembari perlahan-lahan menempa cinta yang berujung asa bukan luka.

JR

Curup 27.4.2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun