Pulau Jawa memanggil-manggil si ayah untuk merantau mengadu nasib. Kepergian ayah membuat ia kesepian meskipun tinggal bersama sang kakek dan nenek.
Sampai suatu hari kabar kepergian ayah untuk selama-lamanya ia dengar dari kakek. Jasad ayah dikuburkan di rantau.
Periode 10 Tahun Ketiga; Tak Diizinkan Merantau.
Bujang-bujang kampung tempat ia bermukim menjadikan rantau sebuah keharusan untuk mengubah untung supaya berguna ketika pulang kampung. Â
Bagai pepatah "Ka ratau madang di hulu, ba buah ba bungo balun, marantau bujang dahulu, di kampuang baguno balun."
Ia belum bisa merantau karena kakek dan nenek tak mau kehilangan cucu si buah hati seperti mereka kehilangan sang anak, si ayah perantau.
Periode 10 Tahun Keempat; Rantau Asa.
Ia menggoreskan luka ke hati orang-orang yang dicintai. Ia menjadi pribadi terbelah dengan cinta yang melukai. Dan, asa berada di tengah cinta dan luka.
Sebab itu, ia merantau ke empat pulau, menjelajahi gunung-gunung dan memeluk kesunyian. Sembari perlahan-lahan menempa cinta yang berujung asa bukan luka.
JR
Curup 27.4.2022