Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pematang Sawah

6 Juni 2020   22:22 Diperbarui: 6 Juni 2020   22:12 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

juni apa kabarmu? tak bersua sejak di bulan mei. kita ngobrol di pematang sawah tentang ketahanan pangan tapi beras impor.

kita ngobrol tentang swasembada beras tapi berpetak-petak sawah menjelma perumahan, pabrik, tambang dan jalan tol.

padi hijau dipagari tembok beton. para petani melawan aparat menghadang. pengusaha berkacak pinggang dari ruangan ber-ac.

di pematang sawah kita tak hirau petani menjerit karena memakai earphone di telinga masing-masing mendengar lagu 'perahu retak' dari franky berlirik.

"...di sawah kampungku, di jalan kotaku/terbit kesejahteraan/tapi kuheran di tengah perjalanan/muncullah ketimpangan/aku heran, aku heran/yang salah dipertahankan/aku heran, aku heran/yang benar disingkirkan/perahu negeriku, perahu bangsaku/jangan retak dindingmu/...tanah pertiwi anugerah ilahi/jangan ambil sendiri/tanah pertiwi anugerah ilahi/jangan makan sendiri/...satu kenyang, seribu kelaparan/aku heran, aku heran/keserakahan diagungkan/

juni apakah engkau masih duduk di pematang sawah. menantiku seperti di bulan mei sambil mengobrol.

mei yang berbeda dari bulan mei sebelumnya. kita mengobrol online via webinar, zoom, instagram, facebook.

kemudian share ke seluruh dinding dunia maya menunjukkan diri yang persis mengetahui persoalan. tapi masing-masing  telinga memakai earphone.

kemudian kita berencana di bulan juli memakai kacamata riben hitam gelap supaya menutupi mata dari melihat petani dari pematang sawah.

JR
Curup
06.06.2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun