Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sketsa Buku: Filsafat untuk Para Profesional

2 Mei 2020   03:23 Diperbarui: 2 Mei 2020   03:22 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
infopmbindonesia.web.id

Illustrated by Pixabay.com
Illustrated by Pixabay.com
Melacak Arti Kata "Profesi"

Profesi yang diemban siapa pun dan bermacam bentuknya merupakan batu bata pembangun sebuah masyarakat. Pun profesi ikut membentuk identitas dan karakter seseorang. Seharusnya juga profesi merupakan pencarian makna hidup,  kebahagiaan dan menjadi pertanda manusia seperti apa yang menyandangnya. Dianggap buruk suatu profesi bukan karena profesi itu tapi lebih kepada orang itu yang berprilaku buruk dan juga belum paham apa itu profesi dan mengapa ia mengemban (komitmen) pada amanah profesi tersebut.

A. Setyo Wibowo mengawali tulisan di dalam buku ini dengan judul "Platon dan Komitmen Profesi." Isi tulisannya melacak akar kata dan arti profesi serta komitmen.

Di kamus besar bahasa Indonesia V offline, kata profesi merupakan kata benda yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) sedangkan kata sifat profesional berarti bersangkutan dengan profesional, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir).

Pemaknaan ini menyempitkan arti profesi karena profesi terkait dengan keterampilan teknis yang mana ia mampu menjalankan tugas sebagaimana yang dituntut. Profesional hanya terkait dengan uang. Tidak ada nilai ketuhanan dan kemanusiaan di dalamnya.

Maka perlu merujuk akar kata profesi kepada bahasa lain. Kata "profession" yang ditunjukkan oleh Le Nouveau Petit Robert (Kamus Prancis) menulis bahwa "profession" merujuk kepada kata "pernyataan umum, pernyataaan di depan umum berkenaan dengan kepercayaan, opini, atau tingkah laku tertentu", dan hal ini berkaitan dengan tradisi panjang di kalangan religius kristiani di mana saat mereka "menyatakan kaul-kaulnya" (kaul hidup wadat, taat dan melarat) mereka dikatakan melakukan "profession." Dalam tradisi ini, seorang religius disebut profess bila sudah menyatakan kaulnya secara publik. (halaman 3).

Peluasan makna ini menyatakan bahwa profesi tidak selalu berkaitan dengan bayaran uang atau keterampilan teknis apa pun. Jadi profesi adalah pernyataan di depan umum, saat seseorang menyampaikan opini atau pandangan tertentu. Profesi artinya pernyataan di depan publik, permakluman, sebuah kepercayaan atau janji untuk bersikap secara tertentu dengan orang-orang yang hadir sebagai saksinya.

Tulisan berjudul "Epikuros untuk Para Konsultan Diet" oleh B. Herry-Priyono menjelaskan tentang beberap hal. Pertama, corak konsumsi yang menggejala luas saat ini merupakan sesuatu yang diada-adakan untuk pamer, rakus, congkak dan tamak. Maka bermunculan jiwa-jiwa yang tak punya rasa syukur. Kedua, pola konsumsi menuju kepada "pemuasan terbanyak (maximum)" bukan "mencapai yang terbaik (optimum).

Karenanya bagi para penganut dan pejalan Epicurean kenikmatan sejati supaya bahagia dengan puas melalui kontrol diri, penuh melalui kesederhanaan, nikmat melalui keberanian/memeluk kepedihan dengan ketenangan. Ketiga, salah kaprah diet yang hanya diartikan sebagai pola makan/minum, tetapi diet sebenarnya menyangkut aneka konsumsi yang diperlukan bagi hidup sehat dan bahagia. Karena kata diet berasal dari bahasa Yunani: diaita yang berarti "cara hidup."

F. Budi Hardiman menulis dengan judul "Simmel tentang Perancang Busana dan Pialang Saham." Georg Simmel adalah pemikir (filosof) gaya hidup yang berasal dari Jerman. Pendiri sosiologi modern di abad ke-19 bersama Max Webber dan Emile Durkheim dari Prancis. Namun di kalangan sosiolog, Simmel lebih dikenal sebagai filosof. Persilangan antara sosiologi dan filsafat itulah posisi keilmuan Simmel.

Apakah yang sebenarnya mendasari fenomena uang dan fesyen? Jawabannya adalah manusia. Uang dan fesyen dihasilkan oleh manusia. Jika demikian, hakikat uang dan fesyen harus dicari pada manusia sebagai penciptanya. Inilah pertanyaan yang diajukan oleh F. Budi Hardiman untuk masuk dan memahami pemikiran Simmel tentang perancang busana dan pialang saham di kota atau manusia urban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun