Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Fiksiana | Nur

24 April 2020   07:50 Diperbarui: 24 April 2020   16:50 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by Pixabay.com

"Nur. Hidupkanlah cahaya di hati kala redup. Cahaya itu menerangi diri dan orang lain. Jangan takut di kegelapan. Lawanlah ia dengan cahaya sehingga yang gelap gulita menjadi terang benderang. Nur, jadilah cahaya, jadilah cahaya, jadilah cahaya" ucap Ibu.

1985 & 1991

Nur. Gadis itu dipanggil di keluarga Pak Janiah dan Ibu Janiah. Anak keenam dari tujuh bersaudara. Ia perempuan satu-satunya di keluarga di tengah kepungan kakak dan adik laki-laki.

Nur. Nama itu diberikan oleh Pak Janiah dan Ibu Janiah karena terinspirasi dari malaikat yang diciptakan Allah dari nur (cahaya). Cahaya bersifat menyinari atau menerangkan. Harapan itu dibalik pemberian nama.

Nur. Sejak kecil selalu dekat dengan Ayah dan Ibu. Dimanja dengan kasih sayang melimpah. Ini bukan hanya karena Nur satu-satunya perempuan di keluarga namun karena Ibu sudah lama berharap ada anak perempuan danmenunggu dalam waktu yang lama. 

Pun kala Ibu Janiah melahirkan Nur, rumah bermandikan cahaya benderang padahal ketika itu lampu mati dan suasana malam gelap gulita.

Nur. Dengan harapan menjadi cahaya, kasih dan kemanjaan yang melimpah, perempuan satu-satunya di keluarga tak sebabkan menjadi cengeng lemah, rapuh dan selalu meminta perhatian kepada kakak dan adik laki-laki.

Nur. Oleh Ibu Janiah ditanamkan sedari kecil sifat dan sikap tegar, kuat, dan welas asih dan Ayah Janiah menanamkan sifat keoptimisan, kerja keras, pantang menyerah, penuh pertimbangan. 

Ayah Janiah dan Ibu Janiah membiasakan berdiskusi dengan Nur, kakak dan adik bahkan di meja makan. Nur. Tumbuh besar dengan segala keadaan itu.  

Nur. Hidup tak selalu berjalan lurus lancar. Ada lika liku yang mesti dialami. Siapa pun tak dapat mengelak. Ini hukum kehidupan. Sedang gembira-gembiranya Nur tetiba lesap dengan wafatnya sang Ibu.

Nur. Kehilangan ibu yang mengasuh asih dengan segenap jiwa dan cinta. Sebagian kebahagiaan terenggut dari hati dan wajah Nur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun