Islam dan ilmu ekonomi begitu berkaitan sehingga ilmu ekonomi membangun arah baru dan menemukan sebuah dunia baru yang akan diarungi (bersama) _ Khurshid Ahmad_
Apakah mungkin membangun ilmu pengetahuan atas dasar sebuah kerangka berpikir (paradigma) agama _ M. Under Chapra_
Pertemuan Buku yang Tak Disengaja
Dapat tahunya dan membaca buku " Landscape Baru Perekonomian Masa Depan" karya M. Umer Chapra sesuatu yang tak disengaja awalnya ketika berkunjung ke rumah teman bernama Pak Harianto Wijaya (dosen Program Studi Perbankan Syariah IAIN Curup) . Â
Di rak-rak bukunya rerata berjudul tentang manajemen keuangan, analisa keuangan, teori ekonomi makro, ekonomi makro islami, manajemen bank syariah.
Di coba mulanya baca "Ekonomi Makro" karya Boediono dan baru beberapa menit kepala langsung pusing karena penuh istilah ekonomi yang belum di mengerti dan ada gambar kurva-kurva.
Sejenis makhluk apa pula 'kurva' ini? Samakah ia dengan "kurma" atau berkakak adikkah kurva dengan kura-kura?
Di cari lagi buku yang dibaca tapi tak buat kepala pusing maka bertemulah dengan buku karya M. Umer Chapra tersebut.
Buku ini membuat saya tertarik karena mengingati kembali kemunculan istilah "Islamisasi ilmu pengetahuan" yang terjadi kala pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Mekkah pada tahun 1970 yang memunculkan kesepakatan diantara beberapa ilmuwan, intelektual dan cendikiawan muslim bahwa perlu adanya ilmu-ilmu yang berprinsipkan atau berpedoman kepada al-Qur'an dan hadis sehingga berlabel 'Islam" di ujungnya seperti Ekonomi Islam, Psikologi Islam dan berbagainya.
Setelahnya terjadi perdebatan panjang di kalangan ilmuwan, intelektual dan cendikiawan muslim tentang seberapa pentingkah sebuah ilmu berlatar suatu agama dan merembet ke pertanyaan dalam filsafat ilmu yaitu apa hakikat yang dikaji ilmu (ontologi), bagaimana cara ilmu di dapatkan (epistemologi) dan untuk apa atau apa kegunaan ilmu (aksiologi).
Bersebab ilmu yang dimunculkan oleh sesiapapun terikat kepada nilai-nilai yang diyakininya (ideologis), tempat dan waktu.